Catatan Perjalanan Presiden SLE [Molor Dari Jadwal]
Molor yang sangat parah! Itulah gambaran awal keberangkatan ke Desa Batu Ampar, kecamatan Merigi, Kepahiang, Bengkulu, pada hari Jumat 5 Februari 2021 kemaren.
Sudah komitmen untuk berangkat jam 10 pagi. Sudah ditunggu di lokasi oleh beberapa orang penduduk lokal untuk kegiatan pada hari itu.
Sayangnya, banyaknya kendala membuat keterlambatan. Bung Koni, pemilik channel YouTube ‘Bung Koni’, sebagai inisiator kegiatan, belum tahu jam berapa kepastian berangkat, karena terhalang oleh beberapa hal.
Supaya kawan-kawan yang sudah terlanjur datang jam 8 pagi dan penduduk desa tujuan yang sudah bersiap, tidak terombang-ambing pemikiran mereka, saya inisiatif jam 11 wib mengajak rombongan yang sudah lama menunggu untuk berangkat terlebih dahulu sebagai ‘tim pertama’.
Rekan perjalanan dalam ‘tim pertama’ ini adalah pemilik chanel youtube ‘Marion Journey’ dan seorang anak kelas 1 SLTA yang akan melakukan perjalanan perdananya.
Berangkat dari Kedutaan Republik SLE Coffee House yang ada di Liku Sembilan Gunung, menuju Kepahiang. Sebelum azan Jumat, kami berhenti sejenak di rumah salah satu rekan di desa Durian Depun. Beliau adalah salah seorang pendamping bagi desa Batu Ampar, dan perjalanan dilanjutkan setelah sholat Jumat.
Masuk desa Batu Ampar, kami langsung menuju rumah pak kades yang hampir 1 bulan ini sering kami kunjungi. Sudah ada beberapa orang tamu bersama beliau di beranda pondok bambu di belakang rumah utama.
Sementara di halaman bangunan mungil artistik ini ada beberapa pengrajin bambu sedang mengerjakan barang kerajinan berupa nampan, gelas dan teko, yang semuanya berbahan bambu jenis betung (bambu besar dan tebal). Tumbuhan yang merupakan kekayaan alam desa mereka.
Sosok bapak Harwan Iskandar adalah sosok yang mampu membuat kami rela berulang kali menemui beliau. Banyak hal menarik dari kepala desa yang sangat sederhana penampilan tapi kaya dalam ide dan kreatifitas ini untuk jadi bahan tulisan ataupun untuk konten video.
Proses ‘Sajen’ di Air Terjun Donok
Pak kades dan beberapa orang sudah lama menunggu. Setelah ngobrol dan diskusi sejenak, saya dan tim, ditemani oleh 2 orang tim pak kades, menuju air terjun Donok.
Pemilik chanel YouTube ‘Marion Journey’ dan si anak sekolah berulangkali meneriakkan ‘Wow!’ sejak langkah pertama menginjak aliran sungai kecil dan dangkal, yang airnya bersumber dari air terjun Donok, berjarak tidak lebih dari 100 meter dari anak tangga semen terakhir, akses menuju lokasi wisata andalan desa Batu Ampar.
Sampai di air terjun, langsung membongkar isi tas dan kantong plastik yang kami bawa Barang-barang bawaan berupa makanan dan cindera mata bagi para calon wisatawan pengunjung desa yang akan menjadikan daerah mereka sebagai lokasi tujuan eko wisata.
Di lokasi ini, kami bermaksud untuk membuat promo, baik video maupun foto produk-produk unggulan, seperti kerajinan bambu, aneka cemilan berupa stik rebung, stik unji, peyek daun kopi, bubuk kopi, dan gula aren, dijadikan 1 paket dalam besek hasil kerja tangan-tangan terampil penduduk desa yang nantinya akan dijadikan ‘sajen’ untuk tamu yang datang berwisata.
Ketika sedang asyik-asyiknya proses pengambilan gambar, hujan deras turun tiba-tiba. Maklum, wilayah ini akan diguyur hujan hampir setiap sore.
Buru-buru kami mengemas barang, tanpa sempat bermain di bawah air terjun. Dengan langkah cepat kami meninggalkan lokasi dan pulang ke rumah kepala desa.
Pertarungan Para Penjaga Budaya di Pelabar Silat
Pemilik channel youtube ‘Bung Koni’ dan 2 orang tim sampai ketika azan maghrib baru saja berkumandang. Usai sholat, maghrib, kami mendiskusikan persiapan pengambilan materi di lapangan yang akan dilakukan beberapa saat lagi, lalu makan malam, dilanjutkan bincang-bincang ringan dengan pak kades dan beberapa pelaku kegiatan utama malam ini, hingga waktu sholat isya tiba.
Jam 20 wib lewat beberapa menit, seluruh tim dan masyarakat yang menjadi bintang utama materi youtube kali ini, menuju pelabar yang berjarak kurang dari 500 meter dari rumah pak kades.
Pelabar adalah nama yang dilekatkan pada lapangan tempat latihan silat dalam masyarakat Bengkulu. Pelabar desa Batu Ampar berukuran 10 x 10 meter berada persis di halaman pondok kebun kopi sudah bersih ketika kami sampai.
Tinggal lagi memasang lampu sorot di beberapa titik, untuk mendukung pencahayaan dalam suasana malam di tengah-tengah kebun kopi tumpangsari dengan lada dan talas.
Malam ini, kami akan menjadikan latihan pencak silat kampung sebagai materi utama konten ‘Bung Koni’, ‘Marion Journey’ dan tulisan di WordPress. id.
Sebelum waktu latihan tiba, kami melakukan beberapa pengambilan gambar pembuka. Sebagaimana biasa, pengambilan materi awal video ini hanya 1 kali ‘take’.
Latihan dimulai tepat jam 9 wib malam. Sebagai latihan pertama adalah adu keindahan ‘tarian’ dalam pencak, dilakukan berpasangan. Atribut digunakan adalah pedang yang terbuat dari bambu.
Biasanya, pencak dipakai saat acara-acara besar, seperti menyambut pengantin pria, tamu-tamu istimewa seperti para petinggi pemerintahan.
Sudah hampir seluruh murid Perguruan silat kampung ini adu gerakan. Waktu jeda dimanfaatkan dengan menikmati segelas kopi produksi desa, yang menggunakan sepotong bambu sebagai gelas.
Pencak silat kampung adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat untuk olah raga belajar diri ini. Disebut demikian karena gerakan-gerakannya adalah khas, pada umumnya meniru gerakan-gerakan harimau dalam menaklukkan mangsanya.
‘Silat Harimau’ adalah gelar yang diberikan pada ‘silat kampung’.
Kopi dalam gelas habis. Latihan silat dilanjutkan. Kali ini adalah pertarungan antar dua orang atau lebih. Silat desa Batu Ampar adalah silat khas masyarakat Serawai, yang mengandalkan pertahanan diri.
Maka, malam ini adalah tontonan dari seseorang yang mempertahankan diri dari serangan lawan, sekaligus melakukan gerakan kuncian terhadap penyerang.
Menangkis serangan lawan sekaligus melakukan penaklukan melalui pengekangan gerakan lawan. Terlihat jelas sasarannya adalah menahan serangan lawan dengan mengunci kemampuan gerak sekaligus mengancam pergelangan dan pangkal bahu, leher, lutut, dan pangkal paha. Jika sudah masuk dalam ‘kuncian’ tidak ada peluang lawan dalam menyerang kembali, selain menyatakan menyerah.
Latihan silat harimau tetap terjaga dalam masyarakat Serawai dan Rejang yang ada dalam sebuah desa yang bernama Batu Ampar, dilakukan pada Kamis Malam dan Minggu malam setiap minggunya. Bukan untuk gagah-gagahan, tapi lebih sebagai pertahanan diri.
Ajang latihan ini juga berfungsi sebagai sarana olah raga penduduk, semakin memupuk ikatan sosial antar suku, melatih kedisiplinan, mengajarkan penghormatan pada yang lebih tua, dan tentu saja sebagai pertahanan diri dari musuh yang datang menyerang.
Semua rangkaian kegiatan yang kami lakukan sore hari di air terjun hingga malam di pelabar, adalah apresiasi kami terhadap persiapan desa Batu Ampar dalam mempersiapkan diri sebagai daerah Tujuan Eko Wisata.
Menggerakkan semua segi kehidupan masyarakatnya, lalu dijadikan aset sebagai modal dalam rencana ‘out of the box’ seorang kepala desa di dalam provinsi Bengkulu, untuk meningkatkan pendapatan penduduk di bawah pemerintahannya, tanpa mengubah alam desa dalam wilayah pemerintahannya, itulah Harwan Iskandar. Kades yang telah membuat kami jatuh cinta pada desa beliau.