Konflik Agraria Rakyat Tertindas Penguasa Berpaling Muka

Pada lahan subur, bermula kisah tumpah darah, Konflik agraria meronta di tanah yang pernah makmur, penguasa berpaling muka, tak perduli rakyatnya yang terluka, Demi kuasa dan harta, mereka berlindung di balik tirai malam.

Petani merana, mengais rezeki dari setetes keringat, Ladang mereka diambil, hak-hak mereka dicabut, Penguasa berpaling muka, tak mendengar tangis mereka, Bak hujan yang tak lagi mengguyur, mereka ke arah.

Rakyat yang tersisih, terpinggirkan dan terluka, Mentari pun tak mampu menembus awan hitam kezaliman, Penguasa menguasai muka, membiarkan duka merajalela, Saat hak dan keadilan ditindas, bisu jadi saksi dalam gelapnya malam.

Namun jangan biarkan hati jadi kaku dan beku, Meskipun penguasa- penguasa, hening dalam diam, Kita, kaum terpinggirkan, bersatu padu, berjuanglah bersama, Satu suara, satu tekad, tuk genggam kembali harapan.

Di tengah konflik agraria, marilah kita bertahan, Teguhkan semangat, kawan, tak sendiri dalam peperangan, Penguasa mungkin berpaling muka, namun tidak lagi mengelak, Ketika petani, buruh, dan rakyat bersatu, bersama kita menang.

Percayalah, hari akan datang, keadilan akan terwujud, Penguasa tak lagi menguasai, tak lagi buta akan jerit tangis, Di tanah subur ini, damai akan mengalir seperti sungai, Konflik agraria akan sirna, harapan akan menghijau kembali.

DHEWA77