Bengkulu Selatan, Wordpers.id – Masalah Galian Tanah Belum Usai, Masyarakat Sekitar Tebat Gelumpai Mulai Berang. Permasalahan itu Kembali membuat masyarakat jadi mengeluh dan sangat disayangkan kontraktor yang mengerjakan proyek Tebat Gelumpai, dengan menggunakan Dana APBN hampir mencapai Empat Miliar rupiah.
Menurut pantauan media dan keterangan nara sumber, kayu – kayu yang di seputaran Tebat Gelumpai semestinya dibuang dan (dibersihkan) terlebih dahulu. Meski ada yang dibuangpun, itu hanya sekedar formulitas agar tidak terlalu menyolok di mata masyarakat.
Berdasarkan hasil informasi yang di dapat oleh awak media wordpers Bengkulu Selatan Selasa 29/12/20, menurut nara sumber membenarkan bahwa pohon – pohon rembi dan beberapa batang pohon yang masih bergelimpangan di lokasi proyek Tebat Gelumpai tersebut masih berserakan, tidak dibuang tetapi langsung di timbun dengan tanah.
“Berarti proyek Tebat Gelumpai yang notabene di punggawai Dinas PU Balai Sumatera Tujuh Provinsi Bengkulu ini diduga di kerjakan asal – asalan, jadi pekerjaan fisik proyek tersebut sangat diragukan kualitas dan kuantitasnya,” papar nara sumber yang tidak mau di publikasikan.
“Ironisnya lagi ada beberapa item yang tidak di timbulkan, padahal pada saat perusahan tersebut mengajukan penawaran pelelangan sesuai aturan agar perusahaan tersebut bisa mengikuti lelang sekaligus sebagai pemenang tender. Beberapa item tersebut sudah tercantum dalam RAB seperti spanduk, perlindungan para kerja, dan hitungan dana tersebut lebih mencapai ratusan juta rupiah dan itu bila mana tidak di lengkapi maka dana tersebut di kembalikan kepada negara,” jelas nara sumber.
Masih kata nara sumber, kalau itu tidak di penuhi sesuai dengan aturan pada saat perusahan tersebut mengajukan penawaran secara analisa itu ada semua biayanya, berarti itu sudah merupakan suatu kebohongan. ” Kalau di lihat seperti alas besi yang sebelum di cor dengan semen, dan alas tersebut sangat di ragukan keasliannya, dan barang tersebut di namakan geotexstil, padahal harganya itu kalau menurut di RAB mencapai empat ratus jutah rupiah. Jadi itulah mangkanya saya katakan proyek itu, asal – asalan, makanya saya tau karena saya ikut dalam perebutan lelang proyek Tebat Gelumpai tersebut,” urainya lagi kepada media Bengkulu Selatan .
Di tempat terpisah, di konfirmasi langsung dengan pengawas teknis yang langsung di utus oleh pihak Dinas PU Balai Sumatera Tujuh Provinsi Bengkulu, Firman menjelaskan secara teknis. Kata dia,” Menurut saya sudah benar, padahal seperti pemasangan tiang untuk pagar yang di atas rabat itu mencapai 50 cm jarak cicin,” ujarnya.
Ketika ditanya wartawan terkait proyek tersebut menggunakan dana negara, dan secara aturannya bagaimana, Firman mengatakan,” Oh itu tidak benar,” ucap Firman.
Kemudian dibantah dengan ucapan bahwa dana tersebut jelas bersumber drai dana negara, Firman tidak bisa menjawab. Firman selaku pengawas teknis yang di tugaskan dari dinas, hanya diam dan terpelongo. Jadi walau pun ada pengawas teknis dari dinas, nampaknya dari pihak kontraktor sangat leluasa mengerjakan proyek Tebat Gelumpai di duga menyimpang dari koridor, atau jangan – jangan ada apa – apanya, ini sangat menjadi teka-teki. (Tek Ali)