Masyarakat Urban Part II: Asmara Subuh

Masyarakat Urban Part II Asmara Subuh Oleh Bagus SLE

Oleh : Bagus Yuarto Rozali

Judul: Masyarakat Urban Bagian 2: Asmara Subuh

Sudah sejak kemarin pagi George mulai tidak nyaman dengan kebiasaannya. Juga kebiasaan teman-temannya.

Berawal ketika melihat kenyataan di depan matanya. Sepasang muda-mudi bergandengan tangan, saling tatap lalu berciuman. George mengalihkan pandangan ke arah lain.

Puasakah mereka? Entahlah. George mengira pastilah mereka keluar dari rumah setelah sahur. Lalu ke mesjid untuk sholat subuh berjamaah. Mukenah yang tersampir di pundak si gadis, dan kain sarung melingkari leher sang pemuda, menggiring dugaan George tersebut.

George menggerak-gerakkan kepala dan tubuhnya untuk mengusir rasa malu dan jengah di hatinya.

Ditambah lagi dengan peristiwa buka bersama tadi. Bukankah setelah berbuka mereka harus segera sholat maghrib? Pertanyaan inilah yang membuat mahasiswa di salah satu Universitas negeri ini merasa kosong.

Sebenarnya, apa pedulinya dengan peristiwa pagi kemaren dan maghrib tadi? Toh dia bukan seorang muslim, setidaknya hingga saat ini.

Oh iya, sejak kapan dia tidak ke gereja lagi? Sebulan, setahun, atau lebih?

“Hmmm… Sudah setahun lebih…!” Bisik hatinya. Tepatnya sejak Ramadhan tahun lalu. Saat itu dia melihat Magda, gadis ekspatriat Amerika yang mengenakan pakaian yang sangat tertutup, mirip beberapa teman wanita muslim yang sering dia temui.

“Kamu…?” Demikianlah pertanyaan menggantung yang dia tujukan untuk gadis itu.

“Iya. Setelah melalui perjuangan dan perjalanan batin yang sulit.” Jawab gadis itu sambil menunduk.

Di sebuah desa dalam wilayah Bengkulu Utara, George menghentikan motornya di parkiran sebuah mesjid yang mulai ramai oleh orang-orang yang ingin melaksanakan sholat isya dan taraweh.

Sesaat dia kikuk dan tidak tahu dengan apa yang akan dia lakukan. Ketika dia melihat seorang pemuda yang memandang dirinya sambil tersenyum, George merasa lega, lalu mengikuti langkah sang pemuda menuju tempat wudhu.

George melakukan apa yang dilakukan oleh pemuda. Mulai dari membuka kran air, membasuh tangan, dan seterusnya hingga mencuci kaki kanan dan kiri lalu menutup kran, menengadahkan tangan sambil komat kamit. Entah apa yang di’komat-kamit’kan oleh George.

Di dalam mesjid, George yang baru pertama kali masuk mesjid duduk di samping sang pemuda. Ketika sholat isya, ekor matanya selalu memperhatikan setiap gerakan pemuda di sampingnya. Begitu seterusnya hingga usai sholat taraweh.

Di halaman mesjid George mencegat sang pemuda sambil mengulurkan tangannya.

“George”

Sang pemuda terkejut sesaat. Lalu saat berikutnya dia menyambut perkenalan tersebut dengan hangat.

“Ali.” Jawabnya sambil tersenyum. Selanjutnya terjadi obrolan yang sangat akrab di antara keduanya. Banyak mata memperhatikan George malam itu.

*Bersambung*

Baca Sebelumnya: Masyarakat Urban Part I: Buka Bersama

Posting Terkait

Jangan Lewatkan