Ombak Geloro dan Akibatnya

Kota Bengkulu, wordpers.id – Siang ini, Kamis 17 Desember 2020, duduk di salah satu warung di dekat jembatan Kualo, Pasar Bengkulu, sambil memandang air laut yang keruh dengan angin yang sedikit kencang, dan matahari yang agak panas.

Setelah lebih dari seminggu Bengkulu diterpa oleh hujan dan badai hampir sepanjang waktu, hari ini sedikit melegakan. Tapi kewaspadaan masih harus tetap dijaga.

Cuaca yang selalu datang setiap tahun ini akan selalu diikuti oleh gelombang laut yang ganas. Akan mengakibatkan banjir rob di hampir sepanjang wilayah pesisir yang landai.

Tahun lalu gelombang ini mencapai jalan di beberapa tempat, baik di dalam kota maupun di daerah kabupaten. Seperti di pantai Pasar Bawah di Manna dan Serangai di Bengkulu Utara, dan menggenangi beberapa wilayah lainnya.

Tahun ini ‘Ombak Geloro’ sebutan para nelayan Bengkulu menumbangkan banyak pohon yang ada di sepanjang pantai Pasar Bengkulu. Pohon cemara, pohon kelapa, ketaping, pandan laut dan lainnya bergelimpangan dengan akar yang tercerabut dari tempatnya.

Sebagian yang tumbang sudah dipotong oleh penduduk sekitar, dan sebagian lagi, hampir 80% dibawa oleh ombak ke tengah laut.

Cuaca ekstrim ini menyebabkan para nelayan berlaku super ekstra dalam usaha menyelamatkan perahu motor mereka. Sudah banyak yang diangkat ke atas dam pemecah gelombang.

Selama musim badai yang menyebabkan ombak geloro, selama itu pula nelayan tidak turun melaut. Otomatis, pendapatan untuk membiayai rumah tangga, pendidikan dan kesehatan terhenti.

Ikan di pasar menjadi langka. Harga ayam potong dan ikan sungai mengalami kenaikan. Suatu sisi musim angin kencang ini malapetaka, di banyak sisi menjadi berkah.

BACA JUGA:  Usai Pelantikan, Hipmi Bengkulu Targetkan Ribuan Pengusaha Muda Terbentuk dan Siap Bersinergi

Situasi cuaca di penghujung tahun, adalah ‘ritual’ tahunan yang selalu datang. Bagi nelayan, petani ataupun semua orang yang terdampak, mestinya mendapat pengalaman dari musim-musim tahunan ini.

Petani tradisional dan nelayan tradisional adalah pihak yang paling lemah dalam masa perubahan cuaca. Dan mereka ini seringkali jadi bahan ‘dagangan’ beberapa pihak. Pada umumnya menjadi alasan dalam proposal bantuan, yang kadang tidak sampai pada mereka. Jikapun sampai, itupun lebih sering dipotong di setiap tingkatan.

Melakukan persiapan tentulah hal yang sangat bijak. Mulai menerapkan manajemen perencanaan dalam menghadapi masa badai dan mengubah ‘nafsu’ foya-foya pada saat musim ‘panen’ sudah harus mereka lakukan. Agar ketika badai menerpa, keperluan rumah tangga mereka tidak goyah, dan tidak lagi harus berteriak keluar untuk mendapat bantuan.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan