Pertunjukan ini memikat penonton dengan perpaduan apik antara musik tradisional dan modern. Instrumen khas Melayu seperti serunai, kecapi, kulintang, dan gendang Melayu dipadukan dengan alat musik modern seperti piano, bas, dan drum, menciptakan harmoni yang segar namun tetap berakar pada tradisi.
Kolaborasi Budaya Gandai dan Gamat
Konsep “Gandamat” dirancang untuk menyatukan kekayaan budaya Gandai dan Gamat dalam satu panggung yang modern. Menurut Widarso, S.Sn, perwakilan dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Mukomuko, babak awal pertunjukan akan didominasi oleh nuansa tradisional untuk menghadirkan suasana autentik. Seiring waktu, unsur musik modern mulai masuk, membentuk perpaduan harmonis antara tradisi dan modernitas.
“Pertunjukan ini menggambarkan perjalanan musik dan budaya yang terus berevolusi tanpa kehilangan jati diri,” ujar Widarso.
Menembus Batas, Mengangkat Budaya Mukomuko
“Gandamat” tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga menyuguhkan pengalaman musikal yang mendalam bagi para penonton. Sajian ini menjadi simbol semangat pelestarian budaya di tengah arus modernisasi.
Popularitas Sanggar Sirih Carano pun kian menanjak. Setelah sukses di Mukomuko, sanggar ini dijadwalkan tampil di Lapangan Sekundang, Kabupaten Bengkulu Selatan, pada 8–9 November 2025. Kehadiran mereka di berbagai daerah diharapkan dapat membawa seni tradisional Mukomuko menuju panggung nasional dan global.
Menjembatani Tradisi dan Generasi
Melalui “Gandamat”, Sanggar Seni Tari Sirih Carano berkomitmen untuk menjembatani tradisi dengan modernitas, sekaligus menginspirasi generasi muda agar terus mencintai dan mengembangkan seni tradisional Indonesia.
Editor: Redaksi
