Mukomuko, Word Pers Indonesia – Desa Lubuk Silandak, Kecamatan Teramang Jaya, Kabupaten Mukomuko telah terisolasi selama puluhan tahun karena jembatan penghubung yang lama hanyut saat banjir dan proyek pembangunan Pondasi Jembatan (ABT) beberapa tahun lalu mangkrak tanpa kelanjutan. Hal ini telah menyebabkan kesulitan bagi warga setempat untuk akses keluar masuk dari desa mereka.
“Sulitnya akses tersebut telah menjadi keluhan masyarakat desa Sinar Negeri selama ini,” kata seorang narasumber dari warga setempat.
Namun, ada kabar gembira bagi warga Desa Sinar Negeri dan sekitarnya. Pemerintah Daerah di bawah kepemimpinan Bupati H. Sapuan melalui Dinas PUPR Mukomuko bertekad untuk melanjutkan pembangunan Jembatan Silandak. Pembangunan ini telah dimasukkan ke dalam aplikasi SiTIA (Sinergitas Transparansi Integritas) Kementerian PUPR RI.
Menurut Kadis PUPR Mukomuko, Apriansyah, “Untuk jembatan Desa Silandak, insyaAllah tidak ada kendala lagi. Saat ini, kami hanya perlu menyiapkan beberapa dokumen untuk analisis hidrologi, kajian gempa, dan uji tanah. Namun, metode yang akan digunakan masih menggunakan alat sondir, meskipun Kementerian meminta penggunaan alat boring.”
Lebih lanjut, Apriansyah menyatakan bahwa Bupati Mukomuko H. Sapuan dan Dinas PUPR baru-baru ini bertemu dengan BPJN pada tanggal 20 Februari 2024. “Informasi yang kami dapat dari BPJN, jembatan Lubuk Silandak akan dibangun tahun 2024 dengan skema hibah dari Dirjen Bina Marga Pusat,” ujarnya.
Terkait anggaran, Pemda Mukomuko telah menyiapkan dana untuk pengangkutan komponen rangka dan pemasangan senilai Rp. 1.791.689.000. “Jika sudah disetujui oleh pusat, kita akan langsung kontrakkan pengangkutan dan pemasangan. Sementara untuk lantai jembatan, kita akan menyesuaikan biaya pengangkutan rangka sebelum menyusun RAB,” tambahnya.
Dengan langkah-langkah ini, pembangunan jembatan baru di Desa Lubuk Silandak diharapkan dapat memberikan akses yang lebih aman dan nyaman bagi warga setempat serta mengurangi risiko insiden yang terjadi akibat perlintasan sungai yang berbahaya.
Reporter: Bambang
Editor: ANasril
