Wartawan Bukan Dukun: Cari Kontraktor Kok Kayak Nyari Tuyul, Papan Proyek Rekonstruksi Jalan Podosari- Rejosari Kemana?

Pringsewu, WordPers.ID – Sebuah proyek jalan bernilai miliaran rupiah di Kabupaten Pringsewu sukses bikin masyarakat bertanya-tanya, dan wartawan… ngelus dada. Bayangin aja, proyek provinsi yang seharusnya megah dan transparan, malah kayak acara keluarga yang cuma diundang orang dalam. Papan proyek? Entah nyasar ke mana.

Aris Joko Sutowo, wartawan senior yang biasa keliling proyek, sampai bingung sendiri ketika turun ke lapangan. Mau cari informasi, yang ada cuma camp proyek dan cor-coran. Pekerjanya ramah… kalau ditanya cuaca. Tapi giliran ditanya soal kontraktor, langsung ngilang kayak sinyal di tengah sawah.

“Saya tanya baik-baik, Pak kontraktornya siapa, bisa dikontak di mana? Eh, dijawab pakai tatapan kosong dan kode ‘jangan ikut campur’,” curhat Aris sambil senyum kecut.

Papan Proyek: Makhluk Gaib di Dunia Infrastruktur

Biasanya, papan proyek itu kayak KTP proyek. Di situ tertulis siapa pelaksana, berapa duitnya, kapan mulai, kapan selesai. Tapi yang satu ini beda. Papan proyeknya mungkin invisibility-nya dapet dari Hogwarts, karena nggak ada yang bisa lihat. Wartawan nggak lihat, warga juga bingung, dan pemerintah? Ya diam aja, kayak biasa.

Coba pikir: wartawan aja bingung, apalagi masyarakat biasa. Masa warga disuruh tebak-tebakan ini proyek siapa? “Tebak-tebakan: proyek siapa yang jalan duluan tapi datanya nggak kelihatan?” Jawabnya: Proyek ini!

Transparansi? Cuma Teori PowerPoint!

Kalau buka presentasi pemerintah soal pengadaan proyek, pasti ada kata-kata sakti: transparansi, akuntabilitas, pengawasan publik. Tapi kenyataan di lapangan, semuanya kayak mitos. Di Pringsewu ini, transparansi tinggal kenangan. Yang ada pengawasan dilakukan sambil main tebak-tebakan.

Wartawan udah niat cari data, dikira mau nyari utang. Masyarakat pengin tahu, dikira pengin minta jatah. Padahal yang diminta cuma satu: jelas dong ini proyek siapa dan pakai duit siapa?

Wartawan, Bukan Dukun !

Wartawan itu tugasnya melaporkan fakta, bukan meramal. Tapi kalau papan nggak ada, kontraktor nggak mau jawab, pengawas lapangan hilang sinyal, ya wartawan terpaksa jadi cenayang. Mikir keras sambil buka dokumen lama, sambung-sambung data dari RUP, sampai akhirnya… tetap aja belum yakin.

Aris bilang,
“Kalau kami wartawan aja dibikin bingung, masyarakat gimana? Masa rakyat harus buka Google Maps buat nyari papan proyek?”

Kesimpulan: Jalan Boleh Rigid, Tapi Logika Jangan Lunak

Intinya, proyek publik itu pakai uang rakyat. Jangan bikin rakyat kayak nonton sinetron bingung, banyak teka-teki, dan nggak tahu ending-nya gimana. Kalau proyek benar, ya buka aja datanya. Pasang papan, kasih informasi, ajak publik ikut ngawasin. Jangan tunggu viral dulu baru klarifikasi.

Karena ketika papan proyek ngilang, informasi dikunci, dan pelaksana diam seribu bahasa, itu bukan pembangunan itu praktik sulap anggaran.

( Davit )