Wordpers.id – Apa yang terbayang oleh anda jika ada yang menyampaikan, ada air terjun yang 30 meter di atasnya adalah langsung sumber airnya? Pasti anda akan berfikir bahwa air tersebut sangat jernih dan bebas ‘kotoran’ yang terbawa oleh sungai, seperti air terjun lain, yang sumbernya adalah sungai.
Bayangkan lah oleh anda, sebuah mangkuk yang ditelungkupkan, dan bagian atasnya jebol, serta sedikit sisi depannya pecah membentuk rongga.
Ya, dua hal di ataslah yang bakal anda dapatkan di air terjun Donok, yang berada di desa Baru Ampar, kecamatan Merigi, kabupaten Kepahiang.
Sumber air yang jatuh ke bawah berasal langsung dari mata air, kurang lebih 30 meter ke arah hulunya. Lingkungannya bagai sebuah mangkuk yang ter telungkup. Jadi, ada ruang antara air yang jatuh dan dinding di belakangnya.
Berada di belakang ataupun di depan air terjun, bagai berada di balik tirai air. Debit airnya tidak terlalu kencang, sehingga aman ketika berada tepat di bawah jatuhnya air.
Kolam yang dangkal sangat aman bagi anak-anak usia tiga tahun di atas untuk bermain air. Jika saja tidak didam, tentu kolam itu semakin dangkal dan tidak pas buat berenang-renang, karena akan langsung mengalir ke sungai kecil yang sumbernya adalah air terjun tersebut.
Seluruh permukaan dinding ditumbuhi oleh lumut dan tanaman yang membutuhkan kelembaban tinggi untuk kehidupannya, sehingga mempercantik air terjun ini.
Ditambah lagi ada air terjun – air terjun kecil lainnya, dan beberapa air terjun kecil ini membentuk kesatuan air terjun yang menakjubkan.
Di atas air terjun ditutupi oleh kanopi pohon hutan dan bambu yang besar. Keladi berbatang merah berjejer subur sepanjang aliran sungai yang dilewati, hingga ke air terjun.
Melihat dinding air terjun Donok ini, seperti biasanya, sifat ‘laba-laba’ tidak bisa saya bendung lagi. Begitu masuk air, langsung menuju dinding di belakang tirai air, dan mulai merayap hingga pertengahan dinding. Jalur aman, tapi hempasan air dari atas membuat kabur penglihatan dan terpaannya di kepala tidak bisa ditahan lebih lama.
Saya mencoba dari sisi lain yang membentuk ceruk, tapi sayang, napalnya terlalu rapuh untuk jadi pegangan ataupun landasan pijakan. Saya curiga, air terjun kecil yang berjumlah tiga aliran dan lumut-lumut yang basah, dan di balik dinding napal yang rapuh ini, adalah sungai di bawah tanah, dan menunggu waktunya saja untuk jebol dan membentuk air terjun yang baru.
Jangan bayangkan perjalanan kali ini seperti perjalanan-perjalanan sebelumnya yang penuh tantangan berbahaya serta jauh.
Kali ini benar-benar berwisata. Setelah meninggalkan jalan utama Kepahiang, mobil kami belok kanan memasuki jalan dua jalur yang tembus ke terminal Simpang Rimbo, Curup. Setelah sebelumnya menjemput orang yang akan menemani kami.
Dari masuk jalan yang beraspal sekitar 3 km, kemudian belok kanan masuk ke desa Batu Ampar, sekitar 1 km. Berhenti langsung di halaman pak kades.
Ada toko oleh-oleh yang menyatu dengan bangunan rumah utama, di dalamnya sudah terpajang macam-macam sovenir dari bambu dan anyaman, bubuk kopi, gula aren, aneka keripik stik dan yang paling primadona adalah peyek daun kopi. Semua isi toko adalah produk andalan desa ini.
Kemudian melanjutkan kembali perjalanan di atas jalan aspal sekitar 1 km lagi. Mobil diparkirkan di mulut gerbang yang bertuliskan ‘Air Terjun Batu Ampar’.
Jalan menuju air terjun ini adalah jalan yang menyenangkan, bahkan bagi manula ataupun anak-anak di atas tiga tahun.
Selanjutnya, perjalanan wisata kita menapaki jalan kebun yang sudah diberi beton rabat kuat. Bukan sekedar dibeton seperti kebanyakan jalan yang dibuat oleh kades lainnya. Kurang lebih 15 menit kemudian, kalian akan sampai di air terjun tujuan.