Word Pers Indonesia – Pada 14 Maret 2022 tepat, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) memperingati millad ke 58 tahun sejak kelahirannya 1964 silam di Yogyakarta, tentu bukan usia yang muda untuk umur organisasi mahasiswa dan kepemudaan islam modern, jika diibaratkan kapal tentu sudah begitu banyak pelabuhan demi pelabuhan disinGgahi, sudah silih berganti nahkoda memimpin kapal yang bernama IMM.
Minggu kedua dibulan maret setiap tahunnya merupakan peristiwa reflektif bagi keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Momentum Millad IMM ini sering kali digunakan untuk menyambung kembali silaturahim antar kader IMM, alumni alumni dari berbagai angkatan untuk berkumpul dan merasakan atmosfer mahasiswa sebagaimana mareka pernah berproses sewaktu mahasiswa dulu sekaligus menjadi wadah bertukar pikir perihal tantangan terbaru kondisi kemahasiswaan, kondisi kebangsaan, dan kondisi keumatan.
Ada yang menarik dari millad IMM tahun ini yakni mengusung Tema, “menguatkan kemandirian” adalah bentuk dari buah pikir yang berkesimbungan guna menjawab tantangan zaman, bagaimana kita ketahui bahwa muhammadiyah adalah organisasi masyarakat terkaya di dunia dengan amal usahanya yang begitu besar mulai dari taman kanak-kanak, rumah sakit sekolah, panti asuhan hingga perguruan tunggi. Tema ini diambil sebagai ikhtiar balancing antara glamour berdirinya berbagai amal usaha dan disatu sisi menyiapkan kemandirian secara organisasi dan pribadi kader kader IMM, sebagai roh pergerakan pada sisi yang lain. Ibarat sebuah mata uang.
Tahun lalu penulis sudah pernah menulis tentang refleksi millad IMM yakni berisi tentang kondisi, harapan, cita cita dan idealnya rumah besar IMM, kali ini penulis ingin membedah satu kata yakni refleksi bagaimana setiap millad IMM banyak kader yang menulis refleksi tanpa memaknai arti refleksi itu sendiri.
Refleksi mengandung makna yakni usaha kembali kepada masa lampau dan kemudian mengoreksi ke dalam, lalu mengukur sejauh mana sebenarnya tampak panjang perjalanan di dalam konteks suatu peradaban.” Lirik Mars IMM “Sejarah umat telah menuntut bukti, pewaris tampuk pimpinan umat nanti, Putra harapan penyambung hidup generasi, Pendukung cita-cita luhur negeri indah, adil dan makmur” adalah untaian kata yang syarat pesan yang amat dalam bagi seluruh kader IMM se-Indonesia. Pesan psikologis itu wajib direnungkan oleh kader-kader sekarang.
Saatnya dihayati dan diimplementasikan untuk mengambil peran tanggung jawab. Setiap zaman memiliki generasi dan tiap generasi pasti memiliki tantangan, dan itu yang dimaksud dengan tantangan zaman,Dalam konteks ini, tidak berlebihan bila Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menempati posisi urgen dan strategis, Momen ini harus menjadi titik balik kemajuan IMM yang lebih progresif diberbagai bidang. Sejauh mana Ikatan sudah memenuhi tanggung jawabnya dalam ranah umat, bangsa dan persyarikatan.
kuasai dunia dengan ilmu, jalannya dengan belajar, senjatanya adalah menulis, kekuatannya berasal dari membaca, maka Iqra-Bacalah” Refleksi berbeda dengan khayalan.
Khayalan adalah angan-angan yang merupakan harapan yang sebenarnya kosong, generasi Z (GenerasiNet) menyebutnya dengan ngigau atau yang oleh generasi Generasi Baby Boomer (lahir tahun 1946-1964) ngelamun
Ke depan, saya pikir IMM akan semakin kokoh di tengah zaman: mengisi ruang kosong tradisi intelektual yang yang mulai ditinggalkan.
“Percayalah, intelektual tak pernah kalah betapapun dimarginalkan atau diasingkan di tempat paling sepi sekalipun, dan menjadi kader IMM artinya kita memilih untuk belajar lebih karna IMM tak hanya bicara tentang intelektual tetapi kemanusian (humanitas) dan melibatkan tuhan dalam segala urusan (religiusitas).
Penulis : Kelvin Aldo
Penulis adalah kader IMM, Ketua Bidang IMMawati DPD IMM Bengkulu Periode 2022-202