Air Terjun Ketenong, Perjalanan Yang Belum Usai

Oleh: Bagus SLE Komunitas Pecinta Puspa Langka

Apa yang terbayang ketika akan mengunjungi Lebong? Sawah yang luas, dan suku asli rejang! Iya, Lebong adalah wilayah yang memiliki lahan persawahan yang luas di dalam kota yang dimiliki oleh penduduk asli dengan bahasa rejang sebagai alat komunikasi.

Dalam rangkaian kegiatan tim KPPL Bengkulu ke seluruh kabupaten dalam provinsi Bengkulu, Lebong adalah tujuan akhir untuk sosialisasi tentang habitat rafflesia, bunga ikon Bengkulu, salah satu provinsi yang ada di pulau Sumatera, yang dilaksanakan dari tanggal 19-21 November 2020.

Di kabupaten penyumbang emas untuk tugu monas, tujuan adalah desa Ketenong. Air terjun Ketenong adalah yang menjadi target perjalanan kali ini. 

Tiba di desa Ketenong, kecamatan Pinang Belapis yang ada di atas bukit ini, rombongan langsung disambut oleh hujan lebat. Begitu reda, anggota yang berjumlah 16 orang terdiri dari gabungan anggota KPPL Provinsi dan KPPL Lebong, langsung melakukan perjalanan. 

Masuk hutan lebat yang aneka tumbuhannya masih rapat, perjalanan mendaki dengan jalur jalan setapak yang sangat licin. Beberapa kali menyeberangi anak sungai yang jernih. Langkah benar-benar harus diperhatikan ketika melalui jalur di bibir jurang. Salah langkah, lalu tergelincir, dan jurang akan menyambut di sebelah kiri. 

Sekitar satu jam perjalanan, rangkaian air terjun Ketenong yang ke dua, membuat hasrat main air segera terlaksana. Setelah foto-foto, setengah jam kemudian, pendakian ke air terjun yang ke tiga segera dilanjutkan. 

Medan jalan semakin berat. Tumbuhan lebih rapat, tanah pijakan semakin licin, dan sudut kemiringin hampir tegak lurus. Pacet mulai banyak dan diwaspadai. Ditambah lagi hujan belum benar-benar berhenti. Bahkan ada sesi di mana harus melewati bawah pohon yang tumbang, berjalan jongkok dengan merangkak.

Tapi ketika sampai pada air terjun yang memiliki ketinggian sekitar 55 meter, takbir dari mulut beberapa anggota yang sampai lebih dulu menggema, membuat yang ada di belakang mempercepat langkah. 

Seruan pujian pada yang maha pencipta terlontar tanpa disadari. Tebing yang tinggi berundak-undak dan dihiasi oleh tanaman sebangsa rumput air dan lumut membuat air terjun semakin eksotis. 

Beberapa batu besar ada di tengah kolam. Selain perempuan, semua anggota bergantian untuk naik dan berfoto lalu melompat dan bermain air. 

Makan siang di bibir tebing air terjun, memandang aliran air di sela-sela batu besar menuju puncak air terjun yang ke 2, diterpa tempiasan dari air terjun Ketenong tingkat ke tiga, dengan tambahan lauk ikan asin, maka nikmat dan keindahan mana lagi yang akan kau ingkari? 

Kalau saja bukan karena dingin oleh basah, rasanya ingin berlama-lama menikmati pemandangan, gemuruh air terjun dan gemericik aliran air di bawahnya.

Kali ini, cuma sampai di sini, menjelajah tingkat berikutnya akan disusun kembali waktunya. Selain kendala waktu yang singkat, juga membutuhkan fisik yang lebih, karena medan yang harus dilalui ke tingkat, empat, dan seterusnya, kabarnya hingga tingkat ke tujuh semakin berat. 

Tingkat pertama dilewati saja, tanpa dikunjungi, karena medannya sangat berat bagi rombongan, selain itu, menurut pemandu, kurang begitu menarik. 

Ketika pulang, salah seorang anggota KPPL Provinsi mengalami sedikit kecelakaan. Tergelincir dan terperosok. Untung dengan sigap, tim yang ada di belakang langsung menggapai dan mencengkeram pakaian bagian belakang. Kalau tidak, kemungkinan besar akan jatuh ke dasar jurang.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan