Belajar Dari Gubernur Ganjar Pranowo: Jika Gagal Memimpin, Jangan Pilih Lagi!

Word Pers Indonesia Pemimpin yang ksatria jujur saja banyak kekurangan. Dan harus siap diganti jika dinilai rakyat Tidak mampu, gagal sebagai pemimpin.

“Kalau kemiskinan menjadi tolak ukur kesuksesan seorang pemimpin (Gubernur) bagi rakyat, izinkan saya tidak dicalonkan Lagi (Gubernur), kalau dianggap gagal, ” Quotes Ganjar Pranowo, tonton di
https://m.youtube.com/shorts/Ey5Lz7XD0fM?feature=share

Artinya kekurangan seorang manusia adalah manusiawi (Termasuk Gubernur Ganjar Pranowo) Akui saja, jangan dipoles-poles lewat pencitraan manipulatif. Makin tdak jujur dan makin tidak rendah hati. Makin memperjelas dan makin besar lobang kekurangan terlihat di mata Rakyat.

Pemimpin sejati membuat rakyat gembira dari pelayanan dan pengorbanan. Bukan membanggakan diri dari kemuraman wajah rakyat yang kehilangan keadilan sosial.

Pemimpin ksatria memperbesar pencapaian-pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat.

Pemimpin pecundang, membanggakan diri, memperbesar pencapaian-pencapaian dirinya, menutupi ketidakmampuan komunikasi publik dan pelayanan publik. Menutup mata ketidakadilan sosial yang sedang dialami Rakyat.

Ganjar Pranowo seperti mengingatkan kembali kepada panggilan hati nurani pemimpin, bahwa ada tanggung jawab moral dan etika pemimpin dalam pelayanan publik (rakyat).

Jika gagal memimpin harus jujur kepada rakyat, dan siap tidak diusung dan pilih lagi oleh rakyat. Yang menentukan pengabdian pemimpin itu berkorban dan melayani rakyat, ya pasti rakyat.

Pemimpin dalam negara Republik (Respublika) menganut azas Demokrasi “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”

Rakyat berdaulat memilih pemimpin dan menilai pemimpin adalah respublika, urusan awan (rakyat). Rakyat yang menilai pemimpin benar-benar mengabdi, penuh pengorbanan melayani rakyat atau fokus melayani diri. Dalam demokrasi, rakyat memilih pemimpin dari awam/rakyat, bukan bangsawan atau raja.

Rakyat memilih pemimpin untuk melayani rakyat. Pemimpin harus “memuja” rakyat.
Bukan rakyat harus “memuja” dan melayani pemimpin.

Para pemimpin-pelayan (servant leader) mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual.

Mengutip pernyataan MenPAN/RB, dalam pertemuan dengan ASN/PNS di Gedung Balai Semarak. Kinerja ASN dibawah pimpinan Gubernur kerjaannya harus berdampak pada masyarakat, fokus pelayanan publik. Bukan sibuk bekerja fokus untuk melayani pemuasaan hasrat dan keinginan diri sendiri.

“Disini saya mengajak ASN atas arahan Presiden RI, bahwa bekerjalah yang menghasilkan dampak. Jangan menyibukkan diri dengan pekerjaan sibuk siang hingga malam namun hasilnya ke masyarakat itu tidak ada,” ungkap Menteri.

Baca: https://www.beritarafflesia.com/terima-instruksi-dan-arahan-dari-menpan-rb-pemprov-siap-tingkatkan-kualitas-layanan-publik/

Editor: Redaksi