Kejiwaan Negarawan Sejati vs Carut Marut Negeri

Gambaran kejiwaan negarawan sejati, mereka adalah pribadi-pribadi yang tidak hanya memiliki kesadaran theologis, lebih dari itu memiliki kesadaran kosmik, kesadaran yang selaras dan seimbang antara jagad kecil (mikrokosmos) dan jagad besar (makrokosmos), keselarasan antara rakyat dengan pemimpinnya (manunggaling kawula kalawan gusti).

Dan keselarasan jiwa manusia dengan nilai-nilai ke-Tuhanan ( manunggaling kawula Gusti atau roroning atunggil/dwi tunggal), pencapaian keadaan itu dapat dirasakan sebagai suasana yang tenang, damai, riang, bahagia, saling memberi, saling menebarkan aura kasih-sayang, terpancarlah nilai-nilai kebaikan dalam setiap sendi-sendi kehidupan.

Kebaikan akan meretas kebaikan pula, dalam diri pribadi, keadaan positif ini memicu produksi hormon-hormon melatonin dan endorfin, yang bekerja untuk melipat gandakan ketenangan, ketrentaman dan kebahagiaan, begitulah seterusnya.

Hidup menjadi lebih tenang, tidak kelebihan hormon adrenalin yang akan membawa kepada sikap kagetan dan gumunan, raksioner dan frontal, gelisah, geram dan emosional.

Carut Marut Negeri Ini Cerminan Keadaan Mental Diri Kita Sendiri

Kegelisahan, kegundahan, sifat mudah panik, kalut, ela-elu, anut grubyuk, yang merambah dalam diri kita bukanlah disebabkan oleh orang lain atau faktor eksternal, namun disebabkan oleh mekanisme ketidak seimbangan (disharmoni) dalam diri kita sendiri, berawal dari terjadinya disharmoni, lalu terjadi disintegritas jati diri kita yang menghasilkan hormon dan adrenalin secara berlebihan.

Kelebihan produksi hormon itu dapat mengganggu kestabilan dan kesehatan jiwa raga alias stress dan depressi, terjadilah imbal balik, di mana stres dan depresi, akan mengacaukan kesimbangam dalam diri yang berujung memperdalam terjadinya disintegritas jati diri.

Carut marut negeri ini berasal dari keadaan mental diri kita sendiri, mental generasi penerus bangsa yang kehilangan jati dirinya, tak kenal dan tak selaras lagi dengan karakter lingkungan sosial dan lingkungan alam sekitarnya.

Hilangnya jati diri melahirkan tindakan-tindakan melawan kodrat alam, hal itu meretas kegelisahan dan kebingungan, kepanikan dan kebuntuan dalam mengambil sikap hidup, menjadi serba salah kaprah dan salah tingkah, banyak hal-hal esensial menjadi serba terbalik maknanya.

Inilah yang dimaksud dengan tanda-tanda wolak-waliking jaman seperti pernah diperingatkan oleh para pujangga masa lalu, yang saat ini ternyata benar-benar terjadi.

Disadur dari: NN*
Editor: Freddy Watania

Posting Terkait

Jangan Lewatkan