Pekalongan, Word Pers Indonesia – Air mata haru mengalir di wajah Bripda Rumaniyah (19) saat ia bersama kedua orang tuanya bertemu awak media dalam acara Rakernis SDM Polri di Wisma Perdamaian, Semarang. Gadis asal Tangkil Kulon, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan ini masih tak percaya bahwa dirinya kini resmi menjadi anggota Polri.
Rumaniyah, yang berasal dari keluarga kurang mampu, mengaku sempat pesimis bisa mendaftar sebagai anggota kepolisian. Kendala biaya menjadi tantangan utama yang hampir menghentikan langkahnya.
“Awalnya saya ragu karena memang tidak ada biaya untuk ongkos dan operasional pendaftaran,” ujar polwan berjilbab tersebut dengan suara bergetar.
Ia bahkan sempat pasrah ketika orang tuanya, Kliwon (62) dan Miskiyah, mengungkapkan bahwa mereka hanya memiliki sedikit uang yang sebenarnya sudah dialokasikan untuk membayar hutang.
“Bapak bilang uang itu untuk bayar hutang saudara di Wonogiri. Tapi akhirnya boleh saya pakai dulu untuk keperluan pendaftaran,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.
Namun, keterbatasan ekonomi tak membuatnya menyerah. Ia terus berjuang, meski sempat khawatir dengan kondisi fisiknya yang memiliki bekas luka jahitan dan tinggi badan yang belum mencapai 160 cm. Demi meningkatkan peluangnya, ia memilih Divisi Teknologi Informasi, meskipun bidang tersebut tak pernah ia pelajari di bangku SMK.
“Saya menghubungi guru-guru saya waktu di SMK untuk membimbing dan memberi referensi buku yang bisa membantu saya dalam ujian masuk Polri. Buku-buku itu saya pelajari dengan sungguh-sungguh,” paparnya.
Kerja kerasnya pun berbuah manis. Rumaniyah dinyatakan lulus dan mengikuti pendidikan di SPN Polda Jabar. Kini, ia siap menjalani tugas sebagai anggota kepolisian dan bertekad untuk membalas jasa kedua orang tuanya.
“Saya ingin berbakti kepada orang tua. Impian saya adalah menabung untuk membelikan mereka rumah,” ucapnya penuh harap.
Sementara itu, Kliwon, sang ayah yang bekerja sebagai buruh tani, mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian putrinya.
“Saya ini kerja serabutan, kalau ada yang butuh tenaga tani baru dapat bayaran, sehari bisa Rp60 ribu. Kalau nggak ada kerjaan, ya nggak dapat uang,” tuturnya dengan suara lirih.
Setelah resmi menjadi anggota Polri, Rumaniyah diperkirakan akan mendapatkan gaji dan tunjangan sekitar Rp5 juta per bulan. Angka yang sangat berarti bagi keluarganya.
Kisah inspiratif Bripda Rumaniyah membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk meraih mimpi. Dengan tekad dan kerja keras, ia mampu mengubah nasibnya dan menjadi kebanggaan keluarga serta masyarakat sekitarnya.**