Penghasilan Tak Merata, Jasa Kapal Wisata Mangrove Minta Campur Tangan Pemerintah

Wisata Hutan Mangrove Kota Bengkulu Foto/Dok

Word Pers Indonesia Momen libur lebaran keuntungan tersendiri bagi warga penyedia jasa kapal motor di objek wisata hutan mangrove, Kampung Bahari Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu.

Salah satu penyedia jasa kapal motor, Roy mengaku mendapat penghasilan dari pengunjung yang berlibur di ekowisata hutan mangrove ini.

Roy mengatakan, selain berlibur dan berkumpul bersama keluarga, pengunjung juga menikmati spot foto dan tak lupa berkeliling hutan mangrove dengan kapal motor miliknya.

“Sejak hari kedua lebaran sudah banyak yang datang. Banyak pengunjung yang hanya sekedar foto-foto dan ada juga berkumpul bersama keluarga,” kata Roy, Minggu (8/5/2022).

Roy mengungkap hutan mangrove menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan luar Kota Bengkulu. Dengan berswafoto menaiki kapal dan berlatarbelakang hutan mangrove, membuat momen abadi menjadi lebih instagramable.

“Pengunjung juga bisa melihat-lihat ekosistem hutan mangrove yang bisa menjadikan liburan lebih seru,” ujar Roy.

Dalam sehari, Roy mengaku mendapat berkah penghasilan mencapai Rp500 ribu saat hari cerah dan ramai pengunjung.

“Dengan tarif tumpangan perorang Rp15 ribu, sehari bisa dapat Rp500 ribu dengan jarak tempung paling jauh 500 meter,” sampainya.

Minta Campur Tangan Pemerintah

Selama libur lebaran, setiap harinya sebanyak 500 orang berkunjung ke objek wisata hutan mangrove Kampung Bahari di Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu.

Dari banyaknya kunjungan yang ada, tak sedikit wisatawan menaiki kapal motor untuk berkeliling dan berswafoto di ekowisata hutan mangrove ini.

Namun dari berkah kunjungan tersebut, penyedia jasa kapal motor tak seluruhnya mendapat penghasilan yang sebanding. Sebab selama tidak ada pengelolaan baik dari pemerintah setempat, 100 lebih penyedia kapal motor menawarkan jasa dengan sendirinya tanpa pengawasan dan peraturan terstruktur.

“Kami tidak semua kapal dapat tumpangan,” kata Makruf.

Makruf membeberkan, setiap penyedia jasa tidak memiliki otoritas layanan dan aturan yang adil, sehingga banyak rekan seprofesinya yang tak kebagian penumpang.

“Ada yang sehari dapat lebih dari 10 putaran dengan penumpang rata-rata lebih dari 5 orang. Sedangkan saya, sehari ini baru 1 kali putaran,” ujar Makruf.

Dengan demikian, ia berharap pemerintah setempat ikut andil dalam pengelolaan ekowisata ini mengingat jasa kapal motor inilah satu-satunya penunjang untuk menarik minat wisatawan berkunjung.

“Ya kalau pemerintahan yang mengelola, setidaknya dengan adanya aturan pembelian dan pembatasan tiket, semuanya jadi terstruktur dan kebagian hasil. Kalau seperti ini, kan terkesan tidak adil dan merata,” ketus Makruf.

“Dari sebanyak 100 lebih kapal motor, berkah libur lebaran ini bisa menghasilkan sebanyak Rp500 ribu perkapal. Tidak sedikit juga yang pulang dengan tangan kosong,” sampai Makruf.

Kampung Bahari ini sendiri merupakan objek wisata berbasis ekowisata yang menawarkan keindahan hutan mangrove seluas puluhan hektare. Dengan adanya kapal motor, pengunjung bisa menikmati hamparan hutan mangrove sembari berswafoto bersama keluarga.

Di sini, para penyedia jasa kapal motor menyewakan kapalnya dengan tarif Rp15 ribu perorang dengan lintasan berkeliling sejauh 500 meter. (B.Mustofa)

Posting Terkait

Jangan Lewatkan