Saya Memilih Golput

Foto Penulis Kelvin Aldo

Oleh: Kelvin Aldo

Pemilihan umum presiden-wakil presiden, kepala daerah, caleg tahun 2024 masih menyisahkan waktu 2 tahun lagi menurut kalender tahunan yakini 14 Februari 2022 Menurut peraturan komisi pemilihan umum (PKPU) no 3 tahun 2022 tentang tahapan, jadwal Dan program, pemilu tahun 2024 dimulai juni tahun 2022 Tahapan dimulai dengan perencanaan program dan anggaran serta penyusunan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu. aroma pemilu sudah mulai terasa di daerah daerah baik tokoh lokal, daerah sampai nasional sudah berseliweran dimulai dengan spanduk spanduk yang bertebaran di persimpangan jalan kota, kabupaten sampai dalam gang, di televisi-televisi yang menjadi hiburan favorit masyarakat indonesia.

Tokoh masyarakat, mahasiswa, partai politik, pejabat pejabat dari tingkat RT sampai istana negara bersepakat bahwa pemilu adalah pestanya rakyat untuk menunjukan kedaulatannya bahwa pejabat negara yang membuat kebijakan ditentukan oleh kita semua, dengan menganut demokrasi one man one vote setiap kepala sama dimata negara, baik ulama, pemuda, mahasiswa, buruh, guru, preman pasar, residivis kasus pencabulanpun memiliki hak yang sama menentukan yang mereka ingin dipimpin oleh siapa selama 5 tahun kedepan.

Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, dinyatakan bahwa : “Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Penulis tidak akan menuliskan pengertian menurut para ahli dan kamus besar indonesia apa itu hak karena kita semua begitu paham dan familiar dengan istilah dan kosakota hak.

melalui tulisan singkat ini penulis hanya ingin mengumumkan kepada publik bahwa penulis memilih golput pada pemilu yang akan datang, penulis tidak akan mengajak, mengampanyekan atau mengerakan siapapun untuk menyepakati gagasan penulis tentang saya memilih golpot, tetapi penulis akan membuat pledoi mengapa penulis memilih golput berikut pledoi mengapa “saya memilih golput”

Timor Leste 16 Calon Presiden

pemilhan presiden timor leste bekas provinsi ke 27 republik Indonesia yang diadakan pada maret 2020 lalu menyisahkan ledakan pemikiran yang luar biasa bagi penulis, bagaimana tidak negara yang memiliki penduduk 1,3 jutaan dengan daftar pilih tetap yang hanya berjumlah 859.613 ribu atau 222 persenan dari DPT Indonesia mampu menghadirkan 16 calon presiden. Jika pemilu mengunakan sistem matematika maka dengan perhitungan Daftar pemilih timor leste yang hanya 859.613 ribu maka Indonesia seharunya mampu menhadirkan 3,500 an calon presiden republic Indonesia dan Indonesia pada pilpres 2019 kita hanya punya 2 pilihan yang berakhir memilih menjadi cebong atau kampret.

20 persen presidensial threshold

Sistem pemilihan umum atau yang dikenal pemilu di kita Indonesia mengenal 3 ambang batas atau kita sebut dengan threshold, yaitu electoral threshold yakni ambang batas perolehan suara minimal partai poltik dalam pemilu untuk diikutkan dalam penentukan dapat berapa kursi di dewan perwakilan rakyat.
Parlementary threshold Ambang batas perolehan suara minimal partai politik dalam pemilihan umum untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
presidential threshold adalah ambang batas persentase kepemilikan kursi partai politik/gabungan partai politik untuk dapat mencalonkan presiden dan wakil presiden.

Tentu bagi penulis dengan mengunakan sistem presidensial threshold mencapai 20 persen adalah tindakan zhalim berbangsa dan bernegara, bagaimana tidak dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai angkah 270 juta kita hanya bisa mencalonkan maksimal 4 calon presiden, politik yang seharusnya menjadi industri pemikiran dan gagasan anak anak bangsa dibatasi dengan pagar listrik dan kawan berduri yang bernama presidensial threshold.

Prabowo lagi, prabowo lagi.

Siapa yang tidak kenal dengan letnan jenderal prabowo subianto ketua umum partai gerakan Indonesia raya seorang purnawirawan tentara nasional, pengusaha, politisi kelahiran 71 tahun silam, sebelum mencalon diri sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan megawati pada 2009, prabowo sempat mengikuti konvensi capres golkar pada tahun 2004 namun gagal dan wiranto terpilih sebagai bakal calon presiden dari partai golkar, 2009 prabowo kembali mencalon diri sebagai calon presiden berpasangan hatta rajasa namun nasib berkata lain, Semangat tak kunjung surut Prabowo maju nyapres dengan Sandiaga Uno pada Pilpres 2019 lagi lagi gagal yang didapat.

Dalam rapat pimpinan nasional (Rapimnas) Partai Gerindra 2022 di Sentul International Convention Center, Bogor beberapa waktu lalu setelah diminta oleh kader partai bergambar kepala burung guruda tersebut prabowo kembali menyampaikan kesiapannya sebagai calon presiden pada pemilu 2024 mendatang, semangat untuk pak prabowo yang akan kembali mencalonkan diri sebgai calon presiden 2024 doa saya semoga hasil yang terbaik untiuk rakyat pada pemilu mendatang.

Tidak Merasa Terwakili
Politik masih terlalu sempit di definisikan sebagai cara menggapai, merebut, mempertahankan, kekuasaan, Bagi penulis politik itu adalah industri pemikiran akumulasi kecerdasan, buah pikir,gagasan anak bangsa, berbunga, berbuah tumbuh subur di benak politisi, penguasa, akademisi, intelktual, partai politik, di kantor kantor DPR, istana negara dan dipikiran setiap rakyat, Sehingga apapun yang menjadi produk politik adalah sebuah kesepakatan ideal yang dihasilkan bukan perlu disaring dikeranjang sampah sampah pengadilan ataupun mahkamah konstitusi.

Posting Terkait

Jangan Lewatkan