Bengkulu, Word Pers Indonesia – Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan, kembali membuat gebrakan yang mengundang pro dan kontra. Dua kebijakan kontroversial sedang digodok untuk diterapkan di Bumi Rafflesia. Pertama, larangan pelajar membawa kendaraan bermotor ke sekolah. Kedua, program pembinaan anak-anak bermasalah lewat sistem camp berbasis agama dan kedisiplinan.
Kebijakan pertama diakui Helmi terinspirasi dari Gubernur Jawa Barat, Kang Dedy Mulyadi (KDM), yang dikenal dengan terobosan sosialnya. Helmi menilai ide pelarangan pelajar bawa motor ini sangat relevan diterapkan di Bengkulu, apalagi menyusul kejadian tragis dua siswi tewas akibat tersenggol truk batubara saat berangkat ke sekolah.
“Insya Allah, jika itu hal baik, kenapa tidak kita duplikasi? Gubernur Jabar KDM itu sosok inovatif, penuh gagasan positif,” ujar Helmi, Sabtu (4/5/2025).
Pemprov Bengkulu kini tengah mengkaji teknis penerapan larangan tersebut. Menurut Helmi, banyak pelajar yang belum cukup umur, belum memiliki SIM, dan tidak memakai helm saat berkendara—sebuah kombinasi berbahaya yang bisa merenggut nyawa.
“Ini bukan soal membatasi, tapi menyelamatkan. Kalau mereka jalan kaki, lebih sehat, lebih disiplin, dan tumbuh rasa kebersamaan tanpa batas sosial,” tambahnya.
Camp Anak Bermasalah, Pendekatan Religius dan Disiplin Militer
Selain itu, Helmi juga menggagas program pembinaan anak-anak bermasalah, atau yang kerap disebut “anak nakal”, melalui pendekatan spiritual dan kedisiplinan berbasis agama. Nantinya, anak-anak akan ditempatkan di camp atau pusat pembinaan berdasarkan agama masing-masing, dengan izin dari orang tua.
“Anak-anak itu dibina, bukan dipenjara. Muslim ke masjid, Nasrani ke gereja, Hindu ke pura. Semua dengan pendekatan kasih dan bimbingan,” jelasnya.
Program ini akan melibatkan sinergi antara Pemprov Bengkulu, TNI, Polri, tokoh agama, dan pengurus rumah ibadah. Peran masing-masing sudah dibagi: TNI untuk kedisiplinan, Polri untuk edukasi hukum, dan tokoh agama untuk pembinaan spiritual.
Helmi menyebut kebijakan ini pernah diterapkannya saat menjabat Wali Kota Bengkulu dan menuai hasil positif. Ia bahkan menceritakan perubahan drastis salah satu anak peserta yang semula kasar kepada orang tuanya, lalu berubah total usai ikut camp.
“Dia menangis, peluk kaki ibunya, minta maaf. Karena selama ini dia memang tak pernah diajarkan agama,” kisah Helmi penuh haru.
Menuai Kontroversi, Helmi: Kritik Boleh, Solusi Lebih Baik
Terkait polemik yang mulai muncul di media sosial, Helmi Hasan tak ambil pusing. Ia terbuka terhadap kritik, namun menegaskan bahwa kebijakan ini demi membentuk generasi Bengkulu yang lebih baik.
“Kami tidak sibuk menanggapi yang kontra, tapi fokus memperbaiki. Kalau ada yang lebih baik, silakan beri solusi. Jangan hanya nyinyir,” tegasnya.
Kedua rencana kebijakan ini masih dalam tahap kajian Pemprov Bengkulu dan rencananya akan disosialisasikan secara bertahap kepada masyarakat, khususnya orang tua dan sekolah.(*)