wordpers.id, Jakarta – PT PLN (Persero) dan Sarana Multi Infrastruktur (SMI) telah sepakat bekerjasama mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
Dalam kerjasama yang ditandatangani pada 14 Mei 2020 tersebut, kedua BUMN itu bersepakat akan menggarap pembangkit EBT dengan kapasitas 1.403 MW. MOU ditandatangani oleh Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini dan Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) Edwin Syahruzad.
Bagi PLN dan SMI, kerjasama ini merupakan bagian dari implementasi inisiatif strategis masing-masing perusahaan. Diketahui, PLN pada tanggal 21 April 2020 meluncurkan program Transformasi PLN yang salah satunya adalah inisiatif Green. Dengan inisiatif ini PLN akan mendorong energi green di Indonesia di antaranya memanfaatkan EBT.
Sementara SMI mengimplementasikan platform SDG Indonesia One, yang mencakup 4 (empat) jenis pilar, yaitu: (i) Fasilitas Pengembangan, (ii) Fasilitas De-Risking, (iii) Fasilitas Pembiayaan, dan (iv) Dana Ekuitas, yang karakteristik skemanya sesuai untuk kebutuhan pengembangan EBT di Indonesia yang selama ini menemui beberapa kendala.
Kendala tersebut antara lain tingginya risiko ekplorasi dan pengembangan, bankability proyek, skema tarif dan skema pembiayaan proyek.
“Kerjasama ini merupakan salah satu langkah nyata sinergi BUMN antara PLN dan SMI untuk merealisasikan target pemerintah sesuai PP No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional, yaitu tercapainya bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025,” ungkap Direktur Keuangan PLN, Sinthya Roesly saat penandatanganan kerjasama dengan SMI.
Ia mengatakan, dari total kapasitas 1.403 MW yang akan dibangun tersebut, terbagi menjadi PLTA 904 MW, PLTP sebesar 360 MW, PLTB sebesar 100 MW, PLTM sebesar 38,2 MW dan PLTS sebesar 1,3 MW. Sebagian besar pembangkit EBT tersebut, tepatnya 55,5%, akan dibangun di wilayah Indonesia Timur (783 MW).Di antaranya di wilayah Maluku Papua sebesar 111 MW, Nusa Tenggara sebesar 25 MW, Kalimantan sebesar 496 MW dan Sulawesi sebesar 146 MW.
Total nilai pembangunan pembangkit EBT yang dikerjasamakan diperkirakan sebesar US$4,29 milyar atau sekitar Rp64,35 triliun.
Sebagai pilot project kerjasama PLN dan PT SMI, direncanakan terdapat 3 proyek yang akan dieksekusi pada tahun 2020, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu.
Diketahui, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Tahun 2019-2028, rencana penambahan kapasitas pembangkit EBT adalah sebesar 16.765 GW. Dari jumlah itu, sebesar 3.459 MW akan dilaksanakan oleh PLN. Dengan demikian, kerjasama dengan PT SMI tersebut, diharapkan bisa mempercepat target pembangunan EBT yang menjadi tanggung jawab PLN.
Sinthya Roesly menambahkan, kerjasama ini merupakan bagian dari partisipasi Indonesia dalam Agenda 2030 yang dicanangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk mencapai 17 target pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals / SDG). Salah satu di antaranya adalah energi yang terjangkau dan bersih (Affordable and Clean Energy), yakni memastikan tersedianya akses ke energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern bagi semua orang pada tahun 2030. Selain itu, target penurunan gas rumah kaca adalah sebesar 29% pada tahun 2030, dimana sektor energi ditargetkan berkontribusi sebesar 314 juta ton gas karbondioksida (CO2). (Has/pabum/Rls)