Bengkulu – Dalam rangka mencegah radikalisme dan terorisme, serta menguatkan nilai-nialai Pancasila dan kebangsaan, Satgaswil Bengkulu Densus 88 Anti Teror Polri mengadakan Ngaji Kebangsaan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in, Kelurahan Jembatan Kecil Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu, Jumat (3/5/2024).
Ngaji Kebangsaan ini diikuti oleh para santri, dengan menghadirkan penceramah Gus M Ulil Albab Djalaluddin, pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Wonosobo Jawa Tengah, yang juga Ketua Aswaja Center Jawa Tengah, dengan mengusung tema” Peran Santri Mewujudkan Nilai-nilai Pancasila dalam Gerakan Anti Radikalisme”.
Pada kegiatan tersebut, hadir langsung Plt Kasatgaswil Bengkulu Kompol Parwoto, S.H., M.H., pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in KH Abdul Muntaqim Ahmad, Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Bengkulu Wibowo Susilo, para ustaz dan guru pondok pesantren.
Gus Ulil dalam ceramahnya menyampaikan materi tentang penguatan cinta tanah air, serta dalil-dalil yang menegaskan bahaya radikalisme dan terorisme. Menurut Gus Ulil, bahwa Agama manapun tidak ada yang mengajarkan kekerasan (terorisme). Adanya aksi terorisme adalah karena pemahaman beragama yang salah. Adapun, aksi terorisme dimulai dari sikap intoleransi dan radikalisme.
“Mereka (pelaku) hanya mengutip ayat-ayat yang mengandung kekerasan dan sesuai dengan kepentingan mereka saja,” ungkap Gus Ulil.
Lanjutnya, perilaku intoleransi juga tercermin dari sikap mengkafirkan orang diluar golongan (komunitas) mereka. Termasuk negara yang tidak berhukum pada Islam (agama) dianggap kafir.
Gus Ulil juga menyampaikan, bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa telah sesuai dengan ajaran agama-agama yang ada di Indonesia dan tidak ada yang bertentangan dalam 5 silanya.
Sementara itu, Plt Kasatgaswil Bengkulu Kompol Parwoto mengatakan, kegiatan Ngaji Kebangsaan merupakan bagian dari upaya pencegahan radikalisme dan terorisme yang dilakukan oleh Densus 88, bekerjasama dengan pondok pesantren Hidayatul Mubtadi’in. Program ini akan terus berlanjut ke beberapa pondok pesanteran di Provinsi Bengkulu dan komunitas lainnya.
Dia berharap, santri-santri pondok pesantren dan komunitas masyarakat menjadi penguat dan pendukung dalam upaya pencegahan radikalisme, terutama dilingkungannya masing-masing.(*)