Emak-Emak “Rakyat” Majelis Taklim Bahagia, Wawali Dedy Wahyudi Sumringah

Word Pers Indonesia Pencitraan kepada rakyat tidak perlu membuat narasi bombastis pencapaian-pencapain diri (achievement), membanggakan diri (self righteousness/over pride) dengan titel tertinggi kesarjanaan dari Universitas Kenamaan.

Atau merasa bangga punya kuasa jabatan pemerintahan dan politik.

Karena semua pencapaian diri yang kita banggakan supaya mendapat citra baik dipuji dan dusanjung, belum tentu bermanfaat bagi rakyat.

Secara Pengamatan Objektif dan Subjektif, Satu hal yang mencuri perhatian publik, adalah pendekatan “pencitraan” Wawali Deddy Wahyudi dengan Warga Kota Bengkulu.

Sangat responsif, cepat tanggap menjawab dan merespon keluhan warga. Mungkin insting sebagai mantan wartawan terbawa juga, cek and ricek memahami persolan rakyat harus, turun langsung mendengar keluhan rakyat.

Seperti interaktif yang intim dan humanis, saat Wawali Kota Bengkulu Dedy Wahyudi antusias merespon keluhan emak emak majelis taklim ini.

Baca Berita: biasanya-selalu-minjam-kini-wawali-dedy-beri-alat-musik-hadroh-untuk-emak-emak-majelis-taklim

Harapan rakyat, karakter Deddy Wahyudi ini, harus sejati tidak manipulatif, bahkan kalau nantipun terpilihnya sebagai Walikota Bengkulu, semangat mendapat pencitraan dari rakyat karena terlebih dahulu menaikan citra rakyat yang membutuhkan kebijakan pemerintah yang pro keadilan sosial.

Tidak perlu membuat pencitraan yang terlalu mahal tapi manipulatif dan bombastis tapi tidak peduli kesulitan rakyat.

Biarkan rakyat mencitrakan orang yang dicintainya, karena kita terlebih dahulu memberikan perhatian dengan cinta terlebih dahulu.

Redaksi

Posting Terkait

Jangan Lewatkan