Alur Pelabuhan Pulau Baai Dangkal, Enggano Terisolasi: DPRD dan Warga Desak Pelindo Bertindak Cepat
Bengkulu, Word Pers Indonesia – PT Pelindo Regional 2 Bengkulu kembali disorot tajam karena dianggap tidak serius menangani pendangkalan alur di Pelabuhan Pulau Baai. Kondisi ini berdampak langsung pada terputusnya pasokan logistik ke Pulau Enggano, menyebabkan krisis kebutuhan pokok yang kini kian mengkhawatirkan.
Anggota DPRD Provinsi Bengkulu, Teuku Zulkarnain, menilai tindakan Pelindo tidak konsisten, bahkan mengancam konektivitas vital antarwilayah.
“Konsep perencanaan mereka memang terlihat bagus, tapi pelaksanaannya sangat jauh dari harapan. Hari ini bilang dikeruk 1 meter, besok 3 meter, lusa berubah lagi. Lebar alur pun baru 60 meter dari target 200 meter. Nyatanya, kapal besar hanya bisa lewat di jalur selebar 40 meter. Ini sangat berisiko,” tegas Teuku, Kamis (10/4/2025).
Gubernur Bengkulu, Helmi Hasan, telah mengeluarkan surat darurat untuk mempercepat pengerukan. Namun hingga kini belum terlihat langkah konkret dari Pelindo.
Warga Enggano Teriak: Kami Terisolasi!
Akibat terhentinya aktivitas kapal logistik selama lebih dari dua pekan, masyarakat adat Pulau Enggano kini mengalami krisis multidimensi. Pasokan BBM dan bahan pokok terputus. Hasil panen tak bisa dikirim keluar. Harga kebutuhan melambung tinggi — bawang merah menembus Rp70.000/kg, minyak goreng Rp26.000/liter, dan telur ayam nyaris tidak tersedia di pasaran.
“Kami benar-benar terisolasi. Ini bukan sekadar krisis logistik, ini darurat kemanusiaan!” tegas Mulyadi Kauno, Ketua AMAN Enggano (9/4/2025).
Senada dengan itu, Milson Kaitora selaku Paabuki (Kepala Suku) Enggano menilai pemerintah gagal mengantisipasi persoalan ini sejak lama.
“Pendangkalan ini bukan hal baru. Kenapa tidak ada mitigasi dari dulu? Enggano selalu jadi korban karena tak dianggap prioritas,” ungkap Milson.
Pendidikan Lumpuh, Mahasiswa Gagal Berangkat Kuliah
Dampak pendangkalan juga merambah ke dunia pendidikan. Sonia Agustin, mahasiswi Poltekkes Bengkulu, mengaku tak bisa kembali kuliah karena tidak ada kapal yang beroperasi.
“Saya seharusnya sudah masuk kuliah tanggal 8 April, tapi tak bisa berangkat karena kapal berhenti total. Saya mohon ada solusi dari pemerintah,” ujarnya.
AMAN Bengkulu: Ini Bencana Kemanusiaan
Ketua Harian AMAN Bengkulu, Fahmi Arisandi, mendesak agar pemerintah dan Pelindo segera melakukan langkah nyata.
“Enggano tak punya moda transportasi alternatif. Situasi ini sudah memenuhi kategori bencana kemanusiaan. Jangan tunggu jatuh korban dulu baru bertindak,” tegas Fahmi.
Ia menegaskan bahwa saat ini bukan waktu untuk tarik ulur teknis atau menunggu prosedur birokrasi.
“Harus ada mitigasi darurat sekarang juga. Kirim kapal bantuan, keruk alur segera, dan pastikan konektivitas Enggano tidak terputus lebih lama lagi,” tutupnya.(*)