Rakyat Pandir, “Alas Kaki” Penguasa Dalam Demokrasi

Oleh: Anasril Azwar

Peran kawanan pandir kadang sering dibesar-besarkan, sebab mereka merupakan mayoritas dari populasi yang ada (bagian masyarakat yang ada). Kadang kawanan pandir mengambil peranan penting dalam mempengaruhi masyarakat pada umumnya, menebar dan mengkampanyekan hal yang dianggap perlu dan dapat memenuhi kepentingan dengan membuat “persetujuan buatan” seperti deklarasi atau pengukuhan sebuah perkumpulan, hal ini hanya dapat dipahami dan di kelola oleh kelas para ahli (penguasa) yang cukup cerdas untuk menalar.

Kawanan pandir juga mempunyai fungsi dalam demokrasi yakni sebagai pemirsa (penonton) bukan sebagai pemain, mereka juga diperbolehkan untuk meminjam atau mendeklarasikan kelas para ahli “dia adalah pemimpin kami”.

Namun dalam hal nyata, Demokrasi hanya diperankan oleh kelas para ahli, penguasa dan pemegang peran eksekutif sebab mereka lah yang melakukan pekerjaan berpikir, membuat suatu rencana dan memahami kepentingan bersama.

Tentu kelas para ahli akan menindaklanjuti apa yang ditawarkan atau telah disediakan oleh kawanan pandir, sebab untuk mengecoh publik dengan mengatasnama kepentingan bersama kelas para ahli telah memiliki perwakilan dari mayoritas populasi yang ada.

Setelah kelas para ahli menyetujui tawaran kawanan pandir maka mulailah pertarungan (seni) Demokrasi dimainkan, masing-masing kawanan pandir saling nyinyir satu sama lain untuk menunjukan kehebatan intelek yang dimiliki demi mendapatkan jumlah populasi (barisan massa) yang besar.

Tentu disini masing-masing kawanan pandir tak ingin kalah dalam argumentasinya mereka akan menyediakan data, fakta dan realita bahkan kadang memberi asumsi pribadi (mengada-ada) dengan sedikit meninggikan dada bahwa dia yang tahu segalanya. Namun itulah fungsi demokrasi kawanan pandir mereka hanya menjadi media (kaki tangan) kelas para ahli.

Editor: Agus Ansori

Posting Terkait

Jangan Lewatkan