PTK: Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Usia 5-6 Tahun Metode Demonstrasi di Paud Terpadu Tunas Harapan

Penelitian Tindakan Kelas Ani Wijayani Paud Terpadu Tunas Harapan Desa Tanjung Jaya Ipuh

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK USIA 5-6 TAHUN METODE DEMONSTRASI DI PAUD TERPADU TUNAS HARAPAN DESA TANJUNG JAYA-IPUH

Oleh: Ani Wijayani

Guru Paud Terpadu Tunas Harapan Desa Tanjung Jaya Kecamatan Ipuh Kabupaten Mukomuko

Publiser On Redaksi Word Pers Indonesia Februari 2021

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kepercayaan diri anak usia 5-6 tahun dengan menggunakan metode demonstrasi di PAUD Terpadu Tunas Harapan Desa Tanjung Jaya Kecamatan Ipuh Mukomuko Bengkulu. Subjek penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun di PAUD Terpadu Tunas Harapan, yang berjumlah 45 orang anak yang terdiri dari 24 anak perempuan dan 21 anak Laki laki. dan Penelitian pada satu kelas yakni Kelompok B dengan jumlah 15 Siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi perkembangan kepercayaan diri anak dengan indikator sebagai berikut: bersikap tenang, konsep diri, optimis, mampu menyesuaikan diri, kreatif, bersosialisasi. Hasil observasi dan refleksi pada siklus I menunjukkan dari hasil penlitian terdapat anak sebanyak 5 orang anak (25%) bersikap tenang, 7 orang anak (35%) konsep diri, 5 orang anak (25%) optimis 8 orang anak (40%) mampu menyesuaikan diri, 7 orang anak (35%) kreatif , 6 orang anak (30%) bersosialisasi. Pada siklus II terdapat sebanyak 7 orang anak (35%) tergolong sangat percaya diri, sedangkan banyaknya anak yang tergolong percaya diri meningkat menjadi 5 orang anak (25%), sedangkan anak yang tergolong cukup percaya diri menurun atau berkurang menjadi 3 orang anak (15%) dan dan tidak ditemukan lagi anak yang tergolong tidak percaya diri.

Kata Kunci: Kepercayaan diri anak, metode demonstrasi

PENDAHULUAN

Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itu usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang berharga dibanding usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dengan karakteristik khas, baik secara fisik, psikis, sosial dan moral.

Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003 mengemukakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilaksanakan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” Berdasarkan pernyataan di atas dapat dilihat bahwa pendidikan anak usia dini didirikan sebagai usaha  mengembangakan seluruh segi kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendidikan dalam keluarga dan pendidikan sekolah yang bertujuan untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta (kepercayaan diri) yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak usia dini adalah kepercayaan diri. Kepercayaan diri pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, mampu mengkombinasikannya dengan hal-hal yang sudah ada sebelumnya, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri berpikir kreatif maupun berpikir afektif, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada.Kepercayaan diri memiliki peranan penting dalam kehidupan anak karena melalui percaya diri anak dapat berkreasi sesuai bakat dan kemampuannya dalam memecahkan sesuatu masalah yang dihadapinya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam kehidupan sehari-haripengembangan kepercayaan diri sangatlahpenting karena percaya diri merupakan kemampuan yang sangat berarti dalam kehidupan manusia.Anak yang percaya diri memiliki ciri- ciri yaitu anak yang pikirannya berdayacipta, penuh dengan inisiatif dengan cara- cara original dalam menghasilkan suatu produk baru serta memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, bersikap kritis, berani tampil beda, dan selalu selalu bertanya terhadap hal-hal yang baru .Berbagai upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan kepercayaan diri anak salah satunya adalah melalui metode demonstrasi.

Demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak lepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih kongkret. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa melalui metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik, demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekedar memberikan pengetahuan yang sudah bisa diterima begitu saja oleh peserta didik, sampai pada cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah. Berdasarkan analisis fakta di lapangan yang peneliti lakukan selama mengikuti PPLT (Program Pengalaman Lapangan Terpadu) Peneliti menemukan suatu permasalahan yaitu rendahnya kepercayaan diri anak.

Hal ini tampak dari prilaku anak yang kurang menunjukkan ciri- ciri anak yang percaya diri seperti, kurang senang mencoba sesuatu yang baru, kurang berani mengambil resiko, kurang mau bertanya,kurang bersikap kritis terhadap jawaban yang tak memuaskan dan kurang terbuka terhadap masukan orang lain.Rendahnya kepercayaan diri pada anak disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pembelajaran di PAUD Terpadu Tunas Harapan yang masih memfokuskan pada kemampuan akademik seperti membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Hal itu disebabkan oleh tuntutan orang tua yang memandang bahwa di taman kanak-kanak hendaknya anak terlatih untuk membaca, menulis, dan berhitung. Hal lain yang menyebabkan kepercayaan diri anak rendah adalah masih kurangya fasilitas penunjang perkembangan kepercayaan diri anak contohya: kurangnya alat peraga untuk berdemonstrasi.

Selain itu masih kurangnya motivasi bagi anak dalam mengembangkan kepercayaan dirinya. Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah yang akan dikaji  dalam penelitian ini adalah: Apakah melalui penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kepercayaan diri anak usia 5-6 tahun di PAUD Terpadu Tunas Harapan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri anak usia 5-6 tahun melalui penerapan metode demonstrasi di PAUD Terpadu Tunas Harapan.

Guru PaUD Terpadu Tunas Harapan, Ani Wijayani Sedang Berdemonstrasi Bersama Anak Anak Murid

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK), yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan kepercayaan diri anak usia 5-6 tahun melalui metode demonstrasi. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah anak usia 5-6 tahun kelompok PAUD Terpadu Tunas Harapan Desa Tanjung Jaya Kecamatan Ipuh Tahun Ajaran 2020-2021 yang berjumlah 15 anak pada satu kelas. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode Demonstrasi.

Kepercayaan diri anak adalah suatu sikap positif dalam memandang kemampuan diri sendiri, bersikap tenang. dan merasa mampu menyesuaikan diri tersebut secara tepat. Orang yang memiliki rasa percaya diri mampu mengaktualisasikan diri sendiri ditengah situasi dan kondisi yang dihadapinya. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.

Penelitian ini menggunakan desain model Kemmis dan Mc. Taggart (Dewi, 2010:122). Rencana penelitian akan dilakukan dengan 2 siklus, yakni siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap: (1) Perencanaan (planning),(2) Tindakan (acting),(3) Pengamatan (observing) dan (4) Refleksi (reflect). Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan dalam menentukan perbaikan pada siklus II.

Skema Pelaksanaan Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart Sumber Gambar: Dok

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan demonstrasi yang dilakukan di kelas B pada anak usia 5-6 tahun di PAUD Terpadu Tunas Harapan pada tema rekreasi merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak. Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus dengan menggunakan kegiatan yang sama pada setiap siklusnya yaitu berdemonstrasi. demonstrasi terbukti dapat mengembangkan kepercayaan diri anak. Perkembangan kepercayaan diri anak melalui kegiatan demonstrasi hingga akhir pertemuan setiap siklusnya secara ringkas dirangkum pada tabel 1 berikut:

Tabel 1: Peningkatan Pengembangan Kepercayaan Diri Anak

Hasil Analisis Penelitian

Dari tabel 1 di atas, memberikan informasi bahwa hingga akhir pertemuan siklus I terdapat 2 orang anak (10%) tergolong sangat percaya diri, sebanyak 3 orang anak (15%) tergolong percaya diri, sebanyak 6 orang anak (30%) tergolong cukup percaya diri dan sebanyak 4 orang anak (20%) tergolong kurang percaya diri. Hal ini berarti metode demonstrasi yang dilakukan pada siklus I dapat mengembangkan kepercayaan diri anak, namun masih kurang optimal karena masih terdapat 4 orang anak (20%) yang tergolong kurang percaya diri. Sehingga perlu dilakukan tindakan yang lebih baik pada siklus II.

Pada siklus II dilakukan perbaikan pembelajaran dengan tetap menggunakan kegiatan demonstrasi. Namun pada siklus II ini, peneliti lebih banyak memberikan contoh terlebih dahulu kepada anak bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan apa saja manfaat yang diperoleh anak apabila anak rajin menyikat gigi. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II menunjukkan adanya perubahan pengembangan kepercayaan diri anak dibandingkan pada siklus I, yaitu banyaknya anak yang tergolong sangat percaya diri meningkat menjadi 7 orang anak (35%), sedangkan banyaknya anak yang tergolong percaya diri meningkat menjadi 5 orang anak (20%), sedangkan anak yang tergolong cukup percaya diri menurun atau berkurang menjadi 3 orang anak (15%) dan tidak ditemukan lagi anak yang tergolong kurang percaya diri. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2 berikut:

Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang dilakukan hingga siklus II, menunjukkan adanya perkembangan kepercayaan diri anak, yang berarti kegiatan demonstrasi berdampak positif terhadap pengembangan kepercayaan diri anak. Temuan yang diperoleh melalui demonstrasi, antara lain:

  • Melalui demonstrasi dapat menciptakan suasana pembelajar yang menyenangkan bagi anak.
  • Demonstrasi dapat mengembangkan kepercayaan diri anak.

Hal ini terlihat dari meningkatnya persentase indikator kepercayaan diri anak seperti bersikap tenang, konsep diri, optimis mampu menyesuaikan diri, kreatif, dan bersosialisasi. Kepercayaan diri anak dapat berkembang melalui metode demonstrasi karena dalam kegiatan ini anak dituntut untuk aktif secara langsung. Pada indikator bersikap tenang, sebagian besar anak dapat mengerjakan tugas dengan baik. Pada indikator konsep diri, sebagian besar anak dapat menghasilkan karya yang istimewa dan bekerja walau sedikit bimbingan guru. Pada indikator optimis, sebagian besar anak dapat menceritakan kegiatan demonstrasi yang telah dilakukan, dan pada indikator bersosialisasi, anak mampu bersosialisasi dengan baik sesama teman.

SIMPULAN

Melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan kepercayaan diri anak usia 5-6 tahun di PAUD Terpadu Tunas Harapan Desa Tanjung Jaya Kecamatan Ipuh Kabupaten Mukomuko tahun ajaran 2020-2021. Melalui demonstrasi anak terlihat senang dan lebih aktif. Hasil observasi dan refleksi pada siklus I setelah diberikan kegiatan demonstrasi terdapat sebanyak 2 orang anak (10%) tergolong sangat percaya diri, sebanyak 3 orang anak (15%) tergolong percaya diri, sebanyak 6 orang anak (30%) tergolong cukup percaya diri dan sebanyak 4 orang anak (20%) tergolong kurang percaya diri. Pada siklus II menunjukkan adanya perubahan peningkatan kepercayaan diri anak dibandingkan pada siklus I, yaitu banyaknya anak yang tergolong sangat percaya diri meningkat menjadi 7 orang anak (35%), sedangkan banyaknya anak yang tergolong percaya diri meningkat menjadi 5 orang anak (25%), sedangkan anak yang tergolong cukup percaya diri menurun atau berkurang menjadi 3 orang anak (15%) dan dan tidak ditemukan lagi anak yang tergolong kurang percaya diri.

Ternyata kegiatan demonstrasi, Saya, Ani wijayani selaku peneliti menyatakan bahwa selain dapat mengembangkan kepercayaan diri anak, demonstrasi juga dapat mengembangkan aspek perkembangan lain pada diri anak yaitu aspek perkembangan sosial emosional, kognitif, fisik motorik, bahasa, dan moral.

Guru Paud Ani Wijayani Bersama Anak Anak Murid Paud Terpadu Tunas Harapan