Seleksi PPK di Simeulue Diduga Hanya Formalitas “Mak Tangah” Berperan Penting Untuk Meluluskan

Simeulue : WordPers Indonesia : Beberapa pelamar Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Kabupaten Simeulue meragukan hasil dari proses seleksi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) kabupaten kepulauan itu.

Pasalnya mereka menilai proses penjaringan yang dilakukan semata-mata hanya formalitas saja, sebab orang-orang yang akan bertugas pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 mendatang sudah ditentukan.

Seperti yang disampaikan salah seorang sumber media ini yang tak ingin disebutkan namanya mengatakan proses seleksi tersebut hanya semata-mata untuk memenuhi prosedur saja.

“Seleksi itu hanya prosedur. Orang yang lulus untuk jadi anggota PPK sudah ditentukan, kata sumber tersebut, Kamis, 16/5/2024.

Dikatakan sumber itu, ini dibuktikan saat peserta melaksanakan ujian CAT ada seorang komisioner KIP Simeulue dengan lantang menyampaikan nantinya hasil tes ini hanya nilai yang masuk sepuluh besar yang akan diambil untuk mengikuti seleksi wawancara.

Tetapi terbukti dari hasil CAT itu tidak sesuai apa dengan yang disampaikan, orang yang dinyatakan lulus CAT sudah lebih dari sepuluh orang. Ini diduga karena peserta yang memiliki “Mak Tangah” atau orang-orang pesanan di KIP itu saat ujian CAT nilainya rendah jadi dibuatlah trik untuk meloloskannya dengan memaksakan peserta lulus CAT lebih dari sepuluh orang.

“Saat kami ujian CAT itu ada seorang Komisioner KIP yang hadir mengatakan dari tes itu hanya sepuluh orang yang lolos ke tahap selanjutnya yakni tahapan wawancara, tapi faktanya tidak sesuai dengan yang disampaikan, ini diduga karena orang-orang titipan itu nilainya tidak masuk sepuluh besar saat tes CAT,” kata sumber itu.

Dikatakannya saat sesi wawancara komisioner KIP Simeulue itu melakukannya hanya sekedar saja dan diduga tidak sesuai prosedur. Sebab, wawancara dilakukan dalam ruangan tertutup dan dilakukan secara terpisah antar satu komisioner dengan komisioner KIP Simeulue lainnya.

Lebih lanjut dikatakannya, dalam petunjuk teknis (Juknis) Keputusan KPU Nomor 476 Tahun 2022 tentang pedoman teknis Pembentukan Badan Adhoc materi wawancara meliputi pengetahuan kepemiluan, integritas, komitmen, dan rekam jejak. Namun fakta dilapangan sangat jauh berbeda, proses wawancara hanya sekedar saja dan pertanyaan yang diajukan tidak sesuai dengan juknis itu.

“Saat wawancara itu saya hanya ditanya dimana tinggal? Apa sudah menikah? Kemudian wawancara hanya bercanda, ketawa-ketawa dan menanyakan hal yang tidak sesuai peraturan, kemudian wawancara selesai,” kata sumber tersebut.

Selain itu juga kata sumber tadi, komisioner KIP Simeulue juga diduga melanggar kode etik karena tidak mengumumkan hasil penilaian tes wawancara dan langsung menetapkan PPK terpilih. Serta mengabaikan keterwakilan 30% perempuan untuk PPK di setiap kecamatan yang ada di Simeulue.

“Saya menduga seleksi wawancara itu hanya trik semata untuk meluluskan peserta yang memiliki orang dalam dan mengesampingkan hasil seleksi tulis tau CAT yang dilaksanakan sebelumnya. Ini bisa dilihat peserta yang nilai CAT nya tinggi di tidak lulus dan digantikan dengan peserta yang nilainya rendah yang diduga memiliki “Mak Tangah” di dalam maupun di luar KIP,” kata sumber itu.

Sumber tersebut menyebutkan, apabila peran “Mak Tangah” atau bekingan ini tidak dihilangkan dalam setiap seleksi yang selalu dilakukan oleh KIP Simeulue baik itu seleksi PPK, PPS dan lainnya, kedepan masyakarat akan tidak percaya dengan propesionalitas petugas yang bekerja di KIP Simeulue itu. Sehingga, kedepan masyakarat yang tidak memiliki orang dalam atau “Mak Tangah” menjadi enggan untuk mengajukan lamaran yang di buka. Sebab bukan ilmu, pengetahuan, dan rekam jejak yang diandalkan tetapi harus ada orang dalam.

Hal ini mulai terbukti, saat penerimaan anggota PPS Pilkada 2024 mendatang, banyak desa di Simeulue ini yang melamar menjadi anggota PPS sangat sedikit bahkan ada desa yang melamar hanya satu orang meski waktu pendaftaran yang di buka oleh KIP Simeulue ada penambahan waktu selama tiga hari.

“Seleksi PPS yang diadakan KIP Simeulue saat ini kurang peminat, karena masyakarat mulai beranggapan kita capek-capek belajar, yang lulus orang-orang yang ada “Mak Tangah,” tutup sumber itu.