Demokrasi: Pemimpin Menderita, Melayani dan Berkorban Bagi Rakyat!

Pemimpin merupakan seorang yang diberikan kepercayaan untuk menduduki suatu jabatan tertentu, dalam hal ini pemimpin tersebut dipilih dengan berbagai cara mulai dari permusyawaratan, sistem voting, bahkan pemilihan langsung dengan cara terbuka (Demokrasi).

Menurut (Zeitchik, 2012), Kepemimpinan merupakan proses untuk menginspirasi orang lain untuk meraih visi suatu individu yang telah direncanakan. Sehingga menjadi usaha bersama, tujuan bersama dan kesuksesan bersama.

Artinya, Pemimpin yang terpilih merupakan orang yang diberi amanah oleh rakyat untuk memenuhi keinginan cita-cita luhur yang mampu memberi kehidupan, kesejahteraan dan kebahagiaan secara menyeluruh bukan kebahagiaan individu atau golongan tertentu.

Jika kita menjadikan cerita dan perjuangan para pendahulu, bagaimana mereka memimpin dan memperjuangkan negara kita dari masa penjajahan menuju pra-kemerdekaan hingga mencapai kemenangan (Merdeka).

Ada semangat perjuangan dan pengorbanan yang mereka jalankan, seperti semangat para pemuda yang ingin memerdekakan Negara Indonesia dari penjajahan mereka harus memprovokasi masyarakat dengan menculik bung Karno.

Dengan cara berpikirnya, akhirnya tindakan yang dipilih para pemuda menghantarkan Negara Indonesia kepada pintu gerbang kemerdekaan sehingga terjadilah proklamasi tentang kemerdekaan.

Dengan begitu, tentu pikiran-pikiran para pemuda sangat dibutuhkan dalam menuju Negara Indonesia yang Merdeka (Berketuhanan, Berkeadilan dan memperoleh kesejahteraan).

Jika kita tarik ke masa kini, sejauh manakah para pemuda berperan dalam kehidupan berdemokrasi. Begitu pula dengan perjuangan dan pengorbanan apa yang dilakukan oleh para pemimpin.

Sebagai negara yang demokratis tentu masyarakat diberikan kebebasan dalam memilih dan menentukan pemimpinnya, mau pemimpin yang seperti apa dan bagaimana keputusan itu ada pada masyarakat yaitu melalui pencoblosan dibilik suara.

Jika masyarakat lebih memilih pemimpin yang memberikan uang (money politik) maka jangan heran bila pemimpin yang akan dihasilkan adalah pemimpin yang “corrupt” dan mementingkan keinginan individu atau golongan tertentu.

Maka dari itu, masyarakat harus lebih pandai dalam menentukan pilihan agar bisa menghasilkan pemimpin seperti yang diinginkan. Hal itu bisa kita lihat melalui rekam jejak perjalanan kariernya, apakah ia seorang yang “Adil dan Bijak, atau Jujur dan Amanah”.

Kemudian kita harus melihat seperti apakah sifat terjangnya, bagaimana kepeduliannya terhadap sesama dan golongan sehingga kita nantinya benar-benar mempunyai pemimpin yang berkualitas dan berintegritas.

Diakhir tulisan ini, penulis ingin menyampaikan bahwa seorang seperti Bung Hatta pernah menjadi Wakil Presiden pertama, sang Proklamator dan bapak Bangsa Indonesia memiliki hidup yang sederhana, dimasa pensiunnya bahkan ia mengalami kesulitan untuk membayar uang Perusahaan Air Minum (PAM) dan Iuran Rehabilitasi Daerah (Ireda) seperti yang dituliskan dalam buku biografi Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977 (1992)

Tidak ada pemimpin hebat yang lahir di zona nyaman. Tidak ada pencapaian hebat yang tumbuh dari zona nyaman. Bahkan, “Leiden is lijden”, memimpin itu menderita. Begitu pepatah kuno Belanda yang dikutip Mohammad Roem dalam karangannya berjudul Haji Agus Salim, Memimpin Adalah Menderita (Prisma No 8, Agustus 1977).

Penulis : Anasril