Bengkulu, wordpers.id – Dibalik upaya peningkatan Bandara Fatmawati Soekarno menjadi Bandara Internasional menyisakan Cerita Perjuangan Gubernur Bengkulu Dr H Rohidin Mersyah yang cukup menyita perhatian, hal ini lantaran Bandara Fatmawati yang selama ini dinilai tidak representatif oleh Pusat bisa berprogres luar biasa hingga menjadi Bandara Internasional.
Untuk diketahui, Bandar Udara Fatmawati Soekarno (IATA: BKS, ICAO: WIGG), sebelumnya Bandar Udara Padang Kemiling, adalah bandar udara di yang terletak di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, tepatnya di Jl. Raya Padang kemiling – Kecamatan Slebar – Kota Bengkulu. Bandar udara dengan panjang landas pacu 2.239 m x 150 m dengan permukaan aspal merupakan bandar udara kelas I yang dikelola oleh UPT Ditjen Hubud. Jenis pesawat terbesar yang bisa beroperasi di bandar udara ini adalah Airbus A320 dan Boeing 737. Jarak dari kota terdekat ke bandar udara ini adalah 14 KM.
Cerita perjuangan Bandara Fatmawati Soekarno bermula ketika Rohidin sangat memperhatikan bagaimana Gubernur sebelumnya menyikapi gejolak tidak bergeraknya perkembangan Bandara ini, bahkan sebelumnya Bandara ini akan direncanakan dipindahkan lokasinya karena dinilai tidak representatif.
Dalam sebuah Rapat bersama Pihak Kementerian Perhubungan dan PT Angkasa Pura II, Rohidin saat menjabat Gubernur Bengkulu aktif sebelum menjalani Cuti menyampaikan niatannya bagaimana harapan besarnya ingin menjadikan Bandara Fatmawati menjadi Bandara Internasional dengan berbagai pertimbangan yang sangat baik untuk masyarakat Bengkulu.
“Saat itu saya Rapat bersama Pihak Dirjen Kemenhub dan Angkasa Pura II, saya minta Bandara Fatmawati tidak lagi dikelola UPT Kemenhub dan meminta Angkasa Pura II yang mengelolanya untuk bisa berkembang menjadi Bandara Internasional. Namun mereka menolak karena beberapa pertimbangan mulai dari lahan hingga Penumpang yang tidak sampai 1 juta pertahun dan berpotensial menimbulkan kerugian bagi mereka,” ujar Rohidin.
“Singkat cerita, saya meyakinkan mereka dan meminta kewenangan kepada mereka untuk dapat membuka penerbangan baru. Karena menurut saya wajar Bandara tidak berkembang dan Bengkulu berjalan di tempat, konektivitasnya belum terbuka bahkan penerbangan hanya lewat Jakarta,” sambungnya.
Gubernur Bengkulu ke 10 ini, secara intens melakukan lobi dan memperluas komunikasi dengan berbagai pihak, agar bandara dengan status Badan Layanan Umum, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan ini, bisa berkembang dan meningkatkan layanan di bawah pengelolaan PT. Angkasa Pura II (Persero).
Sekitar tahun 2014 lalu, Bandara Fatmawati Soekarno sempat direncanakan dilakukan pengembangan. Usulan perpanjangan runway ke Menteri Perhubungan menuai jalan buntu. Selain terkendala teknis juga terkendala sharing dana yang cukup besar. APBD Bengkulu yang sangat terbatas tidak memungkinkan bagi Bengkulu sharing dana hingga ratusan milyar. Selanjutnya alternatif kedua, direncanakan relokasi bandara dari Kota Bengkulu ke Kabupaten Seluma, tepatnya di lahan PTPN VII, namun langkah ini juga tidak berhasil, relokasi gagal dilakukan.
Melihat pentingnya meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas Provinsi Bengkulu ke kota-kota besar di Indonesia bahkan internasional. Rohidin yang baru 10 bulan dilantik sebagai Gubernur Bengkulu ini, berfikir harus ada solusi mendasar.
APBD Bengkulu yang sangat terbatas, bagi Rohidin tidak memungkinkan ikut menganggarkan pengembangan bandara. Maka solusi terbaiknya adalah dikelola PT Angkasa Pura II. Di bawah pengelolaan PT Angkasa Pura II (persero), runway bisa dikembangkan, akses ke kota-kota besar juga bisa terus dibuka, bahkan rute luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan rute-rute internasional lainnya sangat memungkinkan dilakukan.
Jika Bandara Fatmawati Soekarno menjadi bandara internasional, maka jamaah haji Bengkulu tidak lagi transit atau bergabung dengan keloter Sumatera Barat. Hal ini sebenarnya yang menjadi tujuan akhir Gubernur Rohidin, meningkatkan fasilitas infrastruktur strategis, dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Bengkulu yang dipimpinnya.
Langkah-langkah cepat dan strategis yang dilakukan Gubernur Rohidin, agar Bandara Fatmawati dikelola PT. Angkasa Pura II (Persero), diyakininya dapat mempercepat Bandara Fatmawati menjadi Bandara bertaraf Internasional.
Upaya mewujudkan proses pembangunan dan pengembangan bandar udara yang representatif dengan pelayanan yang lebih memadai, telah dilakukan Gubernur Rohidin sejak dirinya menjabat Pelaksana Tugas Gubernur Bengkulu. Pada September 2017, Gubernur Rohidin temui beberapa menteri, salah satunya Menteri Pariwisata, Menteri Perhubungan dan Menteri BUMN.
Rohidin meminta dukungan berbagai pihak, agar Bandara Fatmawati ditingkatkan dan dikelola PT Angkasa Pura II (Persero). Bulan November 2017, sinyal persetujuan kerjasama dengan PT Angkasa Pura II kian menguat.
Melihat respon positif dari para steakholder, Gubernur Rohidin kian optimis mewujudkan pengalihan status Bandara, agar dapat berkembang dan menjadi Bandara Internasional.
Desember 2018, Gubernur Rohidin temui Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, di Sekretariat Wakil Presiden. Ia memaparkan pengembangan dan pengelolaan Bandara Fatmawati oleh PT Angkasa Pura II (Persero). Mendengar paparan Rohidin yang meyakinkan, JK mendukung program yang telah dicanangkan pemerintah Provinsi Bengkulu tersebut. Rohidin komitmen akan kembali berkoordinasi dengan beberapa kementerian, agar program tersebut segera direalisasikan.
Berbagai aksi dan trobosan terus dilakukan Gubernur Rohidin, termasuk membuka akses Bengkulu ke provinsi tetangga. Rute penerbangan ke Padang, Batam, Lampung, Jambi, Palembang 2 kali sehari, dan Bandung berhasil dilakukan.
Bahkan rute penerbangan ke Medan, Jogjakarta dan kota-kota besar lainnya sedang diusulkan. Hal ini dilakukan Gubernur Rohidin, selain membebaskan Bengkulu dari keterisolasian, juga dalam rangka meningkatkan jumlah penumpang.
Tekad Rohidin mendorong pengembangan bandara cukup beralasan. Laju pergerakkan penumpang di Bandara Fatmawati cukup tinggi. Pada tahun 2018, pergerakan penumpang mencapai 1.068.450, melebihi kapasitas terminal eksistingnya yang hanya 500 ribu penumpang per tahun, dan pergerakan pesawat mencapai 9.751 pesawat per tahun.
Selanjutnya, pada Januari 2019, Gubernur Rohidin melakukan audensi dengan Kepala Staf Kepresidenan dan Kepala Sekretariat Presiden. Pada kesempatan ini, dibahas progres Program Strategis Nasional (PSN), salah satunya pengembangan Bandara Fatmawati Soekarno agar segera dikelola Angkasa Pura II (Persero).
Bulan Februari 2019, saat Presiden RI Joko Widodo berkunjunga ke Provinsi Bengkulu, Rohidin kembali menyampaikan niatnya mengembangkan Bandara Fatmawati. Mendengar keseriusan Rohidin, Presiden Jokowi pun mendukung Bandara Fatmawati diambil alih Angkasa Pura II (Persero), dan dikembangkan menjadi Bandara Internasional. Hal ini diyakini akan berdampak pada kemajuan daerah, dan perekonomian masyarakat Bengkulu.
Bulan Maret 2019, gebrakan Gubernur Rohidin membuahkan hasil. Bertempat di Balai Raya Semarak Bengkulu, Gubernur Rohidin Mersyah bersama Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin, melakukan Tindak lanjut MoU antara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI dengan PT Angkasa Pura II (Persero). Tindak lanjut ini, terkait percepatan serah terima pengoperasian Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, dari Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kemenhub, kepada PT Angkasa Pura II (Persero).
Di bawah kepemimpinan Gubernur Rohidin Mersyah, bandara Fatmawati Soekarno mulai bersolek, serana penunjang sudah dibangun. Runway berukuran 2.500 x 45 meter yang dimiliki Bandara Fatmawati Soekarno, siap menjadi penggerak ekonomi bagian tengah dan barat pulau Sumetera.
Tanggal 13 Oktober 2019, gebrakan Gubernur Rohidin berbuah Manis. Bandara Fatmawati sah Dikelola PT Angkasa Pura II (persero). Bertempat di Jakarta Pusat, Bandara Fatmawati resmi diserahkan ke Angkasa Pura II oleh Kementerian Perhubungan, melalui skema Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) aset Barang Milik Negara.
Dengan demikian, mimpi masyarakat Bengkulu untuk memiliki bandara bertaraf internasional segera terswujud. Hal ini tidak lepas dari ide-ide cemerlang Gubernur Rohidin, dalam upaya mendongkrak perekonomian nasional dari pesisir barat pulau Sumatera.
Di tahun 2020 ini, berikut Rute Penerbangan Bandara Fatmawati Soekarno :
Batik Air : Jakarta—Halim Perdanakusuma, Jakarta–Soekarno–Hatta
Citilink : Jakarta–Halim Perdanakusuma, Jakarta—Soekarno—Hatta
Garuda Indonesia : Batam, Jakarta—Soekarno—Hatta, Palembang
Lion Air : Jakarta—Soekarno—Hatta, Medan
Sriwijaya Air : Jakarta—Soekarno—Hatta, Medan, Yogyakarta–Internasional
Susi Air : Enggano, Muko—Muko
Wings Air : Bandar Lampung, Bandung, Batam, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Medan, Muara Bungo, Padang, Palembang, Pekanbaru
Penerbangan dalam proses perintisan :
Bengkulu-Medan dan Bengkulu-Yogyakarta
Bengkulu-Singapore dan Bengkulu-Malaysia.
Red