Oleh : Bagus Yuarto Rozali
Judul: Masyarakat Urban Bagian 3: Rumah Ali
“Maaf, Ali, bolehkah aku ke rumahmu malam ini?”
Tiba-tiba saja George menodong Ali dengan pertanyaan yang membuat pemuda kampung ini sedikit gelagapan.
“Oh, boleh… Iya, boleh… ” Ada nada bingung dari jawaban tersebut.
Ali membonceng di belakang George menuju rumahnya di ujung desa. Di sebuah rumah sederhana, Ali memerintah George membelokkan motornya.
“Mari masuk… ” Ali mempersilahkan kenalan barunya masuk.
Di ruang tamu sederhana dan perabot yang sederhana, mereka duduk.
“Mau minum apa, kopi atau teh?”
“Kopi saja, Li”
“Siti, tolong buatkan kopi untuk tamu kita.” Nada yang lembut, suara yang pelan, tapi terdengar jelas oleh yang di tuju.
“Iya, bang…!” Jawab seorang gadis dari kamar dengan nada yang sama.
“Orang tuamu mana?” Tanya George.
“Sudah meninggal sejak kami kecil. Saat itu usiaku baru 12 tahun.” Jawab Ali santai. Tidak ada kesedihan dari kalimat itu.
George memperhatikan ketika Siti meletakkan minuman di atas meja sambil menunduk.
“Adik bungsu. Baru masuk 17 tahun. Kelas 2 SMA.” Tanpa diminta Ali menjelaskan tentang gadis berpakaian panjang dan longgar yang melangkah meninggalkan mereka.
“Di atas Siti ada 1 lagi. Cowok 20 tahun. Baru tamat SMA tahun lalu. Waktu sekolah aku sering dipanggil guru karena kebandelannya. Sekarang lagi tadarus di mesjid. Itu suara dia.”
Terdengar suara indah yang dibawa oleh angin, masuk ke telinga mereka.
*Bersambung*
Baca Sebelumnya: