Bengkulu, Wordpers.id – Viralnya video kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami oleh selebgram sekaligus mantan atlet anggar, Cut Intan Nabila, telah mengguncang jagat media sosial. Cut Intan, yang lahir di Aceh pada 23 Maret 2001, dikenal melalui akun Instagramnya @cut.intannabila, di mana ia sering berbagi konten tentang makeup, perawatan wajah, dan padu-padan pakaian.
Setelah lulus SMA pada 2019, Cut Intan menikah dengan Armor Toreador dan kini berdomisili di Bogor, Jawa Barat. Mereka telah dikaruniai tiga orang anak, termasuk bayi perempuan yang baru lahir pada Juli 2024.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka ternyata tidak seindah yang terlihat di media sosial. Pada Selasa, 13 Agustus 2024, Cut Intan memutuskan untuk membagikan rekaman CCTV yang mengungkapkan kekerasan fisik yang dialaminya dari suaminya, Armor Toreador. Video tersebut menunjukkan Armor melakukan kekerasan fisik, termasuk memukul punggung dan menjambak rambut Cut Intan, dengan kaki Armor secara tidak sengaja mengenai bayi mereka.
Selain itu, Cut Intan mengungkapkan bahwa selama lima tahun pernikahannya, ia telah mengalami berbagai tindak kekerasan dan perselingkuhan dari suaminya. Armor Toreador diketahui berselingkuh dengan beberapa wanita, termasuk teman-teman Cut Intan sendiri.
Pihak kepolisian Bogor merespons laporan tersebut dengan cepat. Kapolres Bogor, AKBP Rio Wauy Anggoro, mengonfirmasi bahwa anggotanya telah melakukan pengecekan ke lokasi kejadian. Kabar penangkapan Armor Toreador juga segera menyebar di media sosial, dengan dukungan moril mengalir untuk Cut Intan. Penyanyi Mulan Jameela, melalui Instagram Stories-nya, mengonfirmasi penangkapan Armor dan memberikan dukungan kepada Cut Intan dan anak-anaknya.
Wardah Maulina, seorang influencer, juga turut mengkritik keras tindakan Armor Toreador melalui unggahan di media sosialnya. Ia mengecam perilaku Armor yang dianggapnya sangat tidak layak.
Cut Intan Nabila, dalam pernyataannya, mengungkapkan bahwa meskipun ia telah berusaha memaafkan suaminya demi anak-anak, perselingkuhan dan kekerasan adalah hal yang sangat sulit untuk diubah. Setelah sekian lama menahan semuanya, Cut Intan merasa tidak mampu lagi dan memutuskan untuk mengungkapkan semua masalah tersebut ke publik.
Kisah Cut Intan Nabila diharapkan dapat menjadi titik awal perubahan bagi dirinya dan bagi semua korban KDRT di luar sana. Keberanian Cut Intan untuk berbicara dan melawan kekerasan patut dicontoh, dan masyarakat diimbau untuk terus memberikan dukungan kepada mereka yang mengalami situasi serupa, agar tidak merasa sendirian dalam menghadapi tantangan berat ini.