Wordpers.id – PT Pertamina (Persero) mendukung program bauran energi yang telah ditetapkan pemerintah sesuai dengan Perpress No 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN).
Dirut Pertamina Nicke Widyawati menyatakan, Pertamina pun terus berupaya memastikan transisi penggunaan energi fosil ke energi yang ramah lingkungan berjalan baik.
Menurutnya, lewat anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), pihak Pertamina akan memaksimalkan energi panasbumi untuk mendongkrak bauran energi tersebut.
“Lewat PGE, energi ramah lingkungan panasbumi harus bisa digunakan secara luas oleh masyarakat di masa mendatang. Apalagi, potensi sumber panas bumi di Indonesia mencapai kisaran 28 gigawatt-30 gigawatt (GW), atau terbesar di dunia,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (25/2/2020).
Rapat digelar untuk membahas road map energi terbarukan, kilang (refinery) dan gas.
Menurut Nicke, Pertamina saat ini mengelola kapasitas terpasang panasbumi sebesar 1.877 megawatt (MW) yang tersebar di sejumlah wilayah kerja.
“WK panasbumi tersebut ada yang dioperasikan penuh oleh Pertamina dan ada juga yang dikelola bersama perusahaan lain sebagai mitra,” jelasnya.
Namun, lanjut Nicke, ada sejumlah kendala yang dihadapi oleh Pertamina terkait pengembangan panasbumi. Di antaranya, tingginya cost pengusahaan panasbumi yang menyebabkan tarif listrik panasbumi pun menjadi tinggi.
“Kendala ini terutama berhadapan dengan kemampuan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam menyerap listrik panasbumi. Ketika beban listrik rendah, PLN biasanya akan mendahulukan penggunaan energi yang paling murah sebagai upaya efisiensi. Dari segi BPP, energi yang paling murah adalah batubara yang diolah di PLTU,” ujar Nicke.
Diketahui Pemerintah berkomitmen meningkatkan penambahan kapasitas pembangkit EBT hingga 9.051 megawatt (mw) dalam lima tahun, dengan rincian 687 mw (2020), meningkat ke 1.001 mw (2021), 1.922 mw (2022), 1.778 mw (2023), dan 3.664 mw pada 2024 mendatang. (K2/Rilis)